Lihat ke Halaman Asli

Apa yang Salah dari Sang Begal?

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Mengapa Begal di bakar ??”

Kalimat itu mungkin sudah tidak asing di lingkungan kita maupun di sosial media. 2 kata yang tersirat ketika kalimat tersebut. Ada yang menganggap sebagai gurauan semata atau malah ngeri membayangkan seorang manusia di bakar hidup-hidup. Memang tidak manusiawi ketika seseorang dibakar hidup – hidup.

Ya, Begal Motor mungkin sedang booming akhir – akhir ini. Bahkan ada tayangan di salah satu televisi swasta yang menanyangkan khusus tentang pembegalan. Ada apa sebenarnya yang terjadi pada Negeri kita? Apakah ini “Begal Motor” hanya akan menjadi musiman setiap abadnya atau bahkan akan menjadi tradisi sebuah Negara? Indonesia dinobatkan termasuk sebagai Negara yang tidak aman. Mengapa demikian? Apakah Anda mengetahui ada sebuah perkampungan di salah satu Kabupaten yang dijuluki dengan Kampung Begal? Yaa, sungguh ironis ketika saya mendengar sebuah kampung terkenal dengan julukan yang sangat tidak layak. “Kampung Begal”. Karena pada dasarnya julukan kota dinobatkan agar kota atau suatu daerah tersebut menjadi lebih baik. Sebagai contohnya “Kota Bandung Kota Gemah Ripah”.

Kalau sudah begini siapa yang dapat disalahkan?

Pemerintahkah ?

Polisikah sebagai lembaga pengaman masyarakat ?

Atau kah guru sebagai pendidik bangsa ini ?

Atau bahkan dalam segi akhlak dan pendidikan seorang begal itu sendiri ?

Apa yang salah dengan sosok pribadi sang begal?

Ya, mungkin semua sistem di Negeri kita perlu banyak perbenahan. Terutama penanaman akhlak yang baik.

Pada dasarnya manusia diturunkan ke bumi ini sebagai khalifah. Allah SWT berfirman pada Al Qur’an QS. Al Baqoroh

Lalu pertanyaaannya, apakah seluruh penghuni Negeri ini adalah manusia ?

Manusia pada hakikatnya tidak akan melalukan hal – hal yang tidak benar. Lalu bagaimana dengan begal yang sedang merajarela saat ini?

Ketika kita akan membangun Negeri yang baik. Kita benahi terlebih dahulu dalam bidang pendidikannya. Apakah guru sebagai pelakunya sebagai tenaga pendidik yang memiliki peran sebagai pencetak bangsa yang baik?

Perlu diketahui, pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam sekolah. Pendidikan yang terjadi seumur hidup adalah ketika seseorang telah terjun di dunia masyarakat. Pendidikan pertama dan utama yakni keluarga, pendidikan tindak lanjutnya adalah pendidikan sekolah dan pendidikan yang sangat tidak terbatas adalah pendidikan masyarakat.

Saya kurang setuju ketika ada orang tua yang menyalahkan pihak sekolah ketika anaknya terjerat masalah menyimpang, seperti pembegalan atau tawuran. Karena pada kenyatannya orang tua adalah guru utama untuk seorang peserta didik. Saya kagum, ada sebuah sekolah swasta di daerah Karawang memanggil orang tua murid dengan julukan “Guru Rumah”. Mungkin terasa asing atau aneh dengan julukan itu, namun kata – kata itu menyadarkan kepada para orang tua murid bahwa orang tua pun memiliki peran andil dalam mendidik anak bangsa.

Dapat saya pastikan ketika seseorang beraksi berubah menjadi “Begal”, disitulah ia tidak menjadi manusia seutuhnya dan tidak mengamalkan ilmu yang baik didalam kehidupannya.

Untuk membentuk karakter yang berakhlaktul kharimah harus adanya kesinambungan antara pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan informal. Ketiga aspek pendidikan tersebut saling melengkapi dalam pembentukan karakter seseorang. Setiap individu adalah guru bagi semua orang. Profesi guru mungkin sering kita kaitkan dengan seseorang yang mengajar di sekolah maupun di lembaga pendidikan. Namun perlu Anda sadari, Anda pun memiliki peran “GURU” di dalam kehidupan membangun bangsa ini. Pendidikan tidak hanya terpaku didapatkan di bangku sekolah, namun pendidikan dapat diperoleh ketika kita membuka mata di pagi hari sampai kita memejamkan mata di malam hari. Di sekolah, di jalanan, di lingkungan, di rumah pun kita bisa mendapatkan pendidikan. Jadi tidak ada istilah seseorang yang tidak mengenyam pendidikan formal/sekolah tidak mendapatkan pendidikan secara baik.

Dengan fenomena yang marak terjadi, bukan saatnya untuk sibuk menyalahkan pihak san dan sini. Sudah saatnya kita berbenah diri untuk menjadi manusia seutuhnya. Semoga kita dapat menjadi GURU JADI bagi semua orang untuk menjadikan seseorang sebagai manusia seutuhnya. Semoga bangsa kita memiliki jati diri.

(Virgiana Amanda Saputri)

1206146

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline