Lihat ke Halaman Asli

Merekonstruksi Kembali Pemahaman Sejarah

Diperbarui: 28 Juni 2016   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


(Sebagai Mekanisme Kritik dan dari sana kita merumuskan kembali visi besar Maluku Utara ke depan secara kolektif)

Kemunduran genarasi Maluku Utara hari ini terletak pada, cara yang terkesan terlalu kaku, tidak logis dalam melihat kejayaan masa lalu hingga membesar-besarkan-nya secara berlebihan. menjadi tidak objektif, fenomena sosial baru yang akhir-akhir ini sering di luapkan. sementara zaman terus berjalan dengan dinamikanya sendiri secara fluktuatif sesuai kondisinya. dengan cara dan sikap berlebihan membesar-besarkan Kejayaan masa lalu tersebut, tanpa di barengi dengan sikap Memoria passionis,yakni ingatan akan semua yang menerpa tubuh dan jiwa, yang tetap melekat dalam rasa dan kesadaran. Ini akan sama ibart menumpahkan garam di laut.

Dalam bahasa Asing di sebut “Passion” dengan konotasi yang amat berwatak rohani, sehingga lajimnya lalu di mengerti sebagai ingatan akan masa lalu. “Ingatan atas penderitaan yang tidak boleh di lupakan”.  Karena sejarah adalah waktu yang mengalir dalam ingatan, ini tidak terlihat sebagai habitus yang melekat pada kesadaran generasi muda Maluku Utara. itu artinya cara membanggakan kejayaan masa lalu yang terlalu membabi buta dan mengabaikan rasionalitas menjadi kemalangan tanpa solusi.

Cara menangkap narasi sejarah yang di tuturkan tidak menggunakan satu model krangka penalaran yang baik dan terukur, ini pula membuat genarasi muda Maluku Utara tidak cerdas membaca situasi. Serta tidak dengan kritis malakukan kritikan, sebagai mekanisme merekonstruksi kembali sejarah tersebut. Agar mengerti akan keunggulan, dan kelemahannya. tidak serta merta menelan mentah-mentah sejarah yang di tuturkan itu, dan kemudian di bangga-banggakan tanpa di ikuti sikap bijaksana. hanya akan mengulangi kekeliruan, dan kemuduran menjadi keniscayaan.

Sementara teman-teman di Jawa khususnya, mereka dari waktu ke waktu selalu melakukan rekonstruksi sejarah mereka, termasuk melakukan kritik otokritik agar lebih jernih dan jujur dalam melihat fakta tersebut. Bahkan hal yang di anggap tabu pun di rekostruksi kembali dan evaluasi, sehingga tidaklah keliru dalam penafsiran dan penilaiyan. Atau bahkan di turunkan sebagai cerita dalam keseharian, ini bukan soal ilmiah atau tidak. Ini bagian dari upaya objektif meletakkan sesuatu pada tempatnya secara rasional sesuai kontek zaman.

“Betul kata orang bijak mencintai bangsa atau daerah dengan keunggulan peradaban yang di miliki, hanya dengan cara kita menghargai sejarah yang telah di torehkan oleh para pendahulu kita”

Pernyatan di atas sepenuhnya benar, namun akan menjadi sangat absurd tatkalah kita tidak mau berupaya lebih jauh mencermati dengan detil setiap fase sejarah yang di tinggalkan, dan coba melakukan rekostruksi kembali agar mengetahui secara baik dan objektif apa keunggulan dan kelemahan yang telah di wariskan dalam konteks sejarah.  Misalnya Baabullah di kenal sebagai penguasa 27 Pulau berpenghuni, sebagai kemampuan atas melakukan rebut pengaruh, dan ekspansi wilayah tentu ini menjadi ke unggulan luar biasa.

Lah, Terus kemapuan tersebut hanya akan di kenang dan di bangga-banggakan dalam pemaknaan yang sangat heroik semata, dari waktu ke waktu.? Atau apa lagi, Sama halnya mengenang NUKU dengan kemampuan membangun sistem pertahan laut di luar pulau Tidore, menjahit dan menguatkan simpul konsolidasi berbasis teritori sampai kawasan kepulauan pasifik. Menjadi capaian tanpa ada yang menadingi, Ini hanya akan di maknai dalam cerita yang lebih heroic di wariskan dari generasi ke generasi.?

Di sinilah kita akhirnya mengalami pukulan telak satu kemuduran luar biasa, Ini yang harus di cermati secara cerdas oleh generasi muda Maluku Utara hari ini, betapa tidak, keunggulan dan ketinggian peradaban seiring berjalannya waktu. hanya akan menjadi puing-puing reruntuhan sejarah yang terkubur dalam-dalam oleh kecongkakan, sikap egois, dan kebanggaan berlebihan yang di tunjukkan oleh generasi muda Maluku Utara hari ini. Tentu akan menambah daftar panjang kebodohan masal dan kecerobahan dalam mentafsirkan jejak-jejak para leluhur kita yang Agung itu.

Saya sangat yakin dan percaya para leluhur kita akan sangat bangga dan betapa senangnya mereka melihat genarasi kita lebih maju dari zaman-nya, dengan kemampuan yang objektif dan jernih melihat sejarah. Dengan melakukan rekonstruksi dari waktu ke waktu, kita akan mampu dengan baik merumuskan satu visi besar secara kolektif, untuk suatu lompatan kuantum yang lebih futuristic sungguh bahagianya para leluhur itu dan mungkin di alam sana sambil tersenyum dan  berkata kalian generasi yang di takdirkan melanjutkan peradaban dan menguasi dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline