Lihat ke Halaman Asli

Rindu Tak Berujung

Diperbarui: 16 Juni 2016   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gudu moju si to Suba, ri Jou si to nunako…Yang Mulia Bertahta di atas mahligai dua alam dengan Wujud yang berbeda.

Kerinduan hati ini mengantar imajinasi ku jauh ingin bertemu dengan-Nya.

Pesona puncak kie Matubuh si gado Kie Tobona menjulang tinggi selalu mengoda hasrat ini eee Jou…konaagar tetap berada di pelukan-nya.

Harum cengkih, dan pala. menembus Empat penjuru mata angin hingga ke penciuman ku.

Tarikan nafas penuh harapan, membawa aromah itu jauh ke relung jiwa terdalam.

Sungguh mengguga rasa, tak mampu di bendung. seolah nyanyian kesunyian selalu datang menghantui Kie segam yo lupa afa.

Seibarat di balik cakrawala, tertutup kamo-kamo, malu-malu sambil intip, tersenyum menyimpan Tanya.

Entalah. hanya diam membisu ku tanpa kata, tanpa nada. Biarlah angin membawa hasrat itu, terbang bersama bunyi gelombang laut. Atau rasa asin, sebagai isarat mendahului perjumpaan.

Ingin ku rasanya melihat, menapaki kembali jejak-jejak langkah, dalam lorong pekat tanpa setitik cahaya para leluhur ku Yang Agung.

Tersamarkan atas hijab, rahasia di bawah laut, dan puncak gunung. Atau di balik teriknya matahari, dan seindah purnama.

Terkadang, menjadi sandi dalam tutur. atau kemudian terkubur bersama peradaban masa lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline