Lihat ke Halaman Asli

Baharuddin Riqiey

Mahasiswa Magister Ilmu Hukum

Manusia Diciptakan dalam Keadaan "Kabad"

Diperbarui: 31 Juli 2024   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Tafsir Surat Al-Balad oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`di rahimahullah

Sebagai pengantar, tulisan ini dibuat bukan semata-mata untuk menunjukkan saya adalah seorang yang alim ataupun yang lainnya,  melainkan tulisan ini saya buat semata-mata sebagai pengingat diri saya pribadi. Syukur alhamdulillah apabila nantinya tulisan ini juga dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Dalam tulisan ini nantinya akan menjelaskan secara singkat mengenai makna "kabad" dalam ayat 4 surat Al-Balad. Penulis dalam memaknai kata "kabad" tersebut tidaklah memaknai dengan sembarangan, melainkan mendasar pada tafsir Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`di rahimallahu.

Surat Al-Balad merupakan salah satu surat yang tertuang dalam Al-Qur`an, tepatnya pada surat ke 90 (sembilan puluh). Surat ini terdiri atas 20 ayat. Maksud dari Al-Balad adalah suatu negeri, negeri yang dimaksud disini adalah kota Makkah. Makkah merupakan salah satu kota yang memiliki berbagai keutamaan, oleh karenanya dalam beberapa ayat dalam Al-Qur`an disebutkan. Adapun keutamaan dari kota Makkah diantaranya adalah: (i) kota yang mulia; (ii) kota yang berlimpah buah-buahan; (iii) kota yang tidak akan dimasukki oleh dajjal; dll.

Salah satu ayat (ayat 4) dalam surat Al-Balad menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dalam keadaan "kabad", sebagaimana Allah berfirman: . Secara terjemahan bebas, ayat tersebut memiliki arti, "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah".

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`di rahimahullah ketika menafsirkan kata "kabad" dalam ayat tersebut menyebutkan ada 2 pendapat. Pendapat pertama menyebutkan bahwa kata "kabad" dalam ayat tersebut adalah seperti halnya dalam surat At-Tin ayat 4. Allah berfirman, , yang berarti, "Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya".

Pendapat kedua mengatakan, . Sungguh, Kami telah menicptakan manusia dalam keadaan kecapekkan dan keletihan, baik di dunia, di alam barzah, ataupun di hari kiamat. Kecuali orang-orang beriman. Sejatinya, manusia sedari lahir sudah dalam keadaan capek atau letih. Dibuktikan ketika masih dalam kandungan, kemudian balita, kemudian sekolah TK-SMA, Kuliah, Bekerja, Membina rumah tangga, dst.

Bahkan, suatu ketika Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah pernah ditanya (wahai Imam Ahmad bin Hambal, kapan waktu istirahat itu?), kemudian oleh Imam Ahmad dijawab (istirahat yang sesungguhnya ialah pada saat engkau pertama kali menginjakkan kakimu di dalam Surga).

Sebagai penutup, saya berharap dan berdoa kepada Allah, semoga kecapekkan dan keletihan kita semuanya bernilai ibadah di sisi Allah subhanahu wa ta`ala sehingga kita dapat berkumpul di surga-Nya kelak, aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline