Lihat ke Halaman Asli

Ancaman Perubahan Iklim

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).”

Firman Allah swt. dalam Al-Qur’an surat Ar Ruum – 30 : 41, menyatakan dengan jelas kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, akibatnya manusia sendiri akan merasakan dampak rusaknya lingkungan hidup, mengajak manusia tetap memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan hidup.

Seperti Kota Banda Aceh Provinsi Aceh, sering terjadi hujan dan angin kencang tiba-tiba datang beriringan ikut menerbangkan apa saja yang dilaluinya. Perubahan iklim telah merubah kondisi rata-rata suhu, curah hujan, tekanan udara dan angin dalam jangka waktu yang panjang. Pola cuaca cepat sekali berubah, musim hujan datang jarang, dan datangnya musim kemarau berbulan-bulan menyebabkan kekeringan.

Perubahan iklim dunia telah menyebabkan pergeseran musim di Aceh, Indonesia dan dunia. Dimana musim kemarau berlangsung lama sehingga menimbulkan bencana kekeringan yang dirasakan langsung oleh sebagian petani di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Utara. Musim hujan berlangsung dengan singkat dan intensitas curah hujan yang lebih tinggi dari curah hujan normal yang menyebabkan bencana banjir dan tanah longgsor seperti di Aceh Selatan, Bener Meriah Aceh Tengah, Aceh Tamiang dan Aceh Tenggara.

Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya pH air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia.

Bumi makin panas, ancaman bagi keberlangsungnya kehidupan masa depan. Sumber pemanasan global terjadi diseputar lingkungan hidup kita, seperti salah satu sumbernya adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa Banda Aceh. TPA tersebut bersifat open dumping yang tiap hari menghasilkan gas metana (CH4) terbuang ke lingkungan. Biogas tersebut terjadi dari proses fermentasi mikroorganisme sampah organik dan an-organik atau sisa pencemaran makluk hidup dalam tumpukan sampah. Biogas dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik maupun sebagai bahan bakar alternatif.

Hasil kunjungan lapangan ke TPA Gampong Jawa Banda Aceh telah melihat pengelolaan sampah di TPA tersebut. Terlihat para pemulung mengumpulkan sampah yang bisa dimanfaatkan kembali untuk kegunaan lain. Aroma bau busuk tercium setelah masuk ke areal TPA, terlihat gunungan sampah sebagian telah ditutup dengan tanah sebagai pelapisan sampah, ada gunungan sampah yang belum dilakukan penutupan dengan tanah.

TPA tidak dikelola dengan baik juga ikut merusak lingkungan, alasan utamanya adalah sebagai sumber penyakit dan penghasil gas metana (CH4). Metana yang dihasilkan di TPA adalah gas lebih berbahaya dari CO2, metana mempunyai 25 kali terhadap kerusakan ozon. Banyak dihasilkan dari dekomposisi bahan organik secara anaerobik seperti sawah, penimbunan sawah organik dan kotoran makluk hidup. Berbagai macam limbah dibuang seperti limbah rumah tangga, rumah sakit, daerah pertokoan, perkantoran, pasar, permukiman, jalan protokol, limbah saluran drainase dan fasilitas umum dibuang ke lokasi TPA yang pengelolaan TPA-nya open dumping atau terbuka. Belum ada pengolahan sampah yang optimal dilakukan oleh pemerintah. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline