Penguatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam perguruan tinggi merupakan kunci penting untuk mencapai mutu, akreditasi dan pendidikan yang berkelanjutan.
SPMI, yang mencakup siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan Standar), berperan penting dalam menciptakan proses perbaikan berkelanjutan (kaizen) yang terstruktur dan sistematis.
PPEPP bertujuan untuk memastikan bahwa standar mutu, baik akademik dan non-akademik dapat dipenuhi, terlampaui serta terus ditingkatkan.
Dalam konteks ini, komitmen, yang dapat diartikan sebagai "keterikatan untuk melakukan sesuatu", memainkan peran sangat penting bagi keberhasilan organisasi.
Peran Penting Komitmen
Komitmen para pemangku kepentingan (stakeholder), terutama para pemimpin perguruan tinggi, menjadi faktor penentu keberhasilan implementasi SPMI.
Stephen Gregg, Chairman dan CEO Ethix Corp, menyoroti bahwa "People do not follow uncommitted leaders," bermakna karyawan / pegawai tidak akan mengikuti pemimpin yang tidak berkomitmen.
Kutipan diatas sangat relevan dalam konteks penguatan SPMI di perguruan tinggi. Keberhasilan SPMI sangat tergantung dari kesungguhan dan keterikatan pimpinan untuk mensukseskan implementasi SPMI.
Seorang pemimpin yang tidak mendemonstrasikan komitmen terhadap pengembangan dan implementasi SPMI akan kehilangan legitimasi dan tidak bisa menjadi contoh (teladan) di mata anggota organisasi lainnya.
Baca juga: Membangun Komitmen dalam SPMI
Komitmen yang dimaksud tidak hanya terkait kemampuan membuat visi, misi dan strategi yang dicanangkan, tetapi juga ditunjukkan melalui tindakan nyata (real action), seperti bagaimana mereka memperhatikan hal-hal detail, mengatur jam kerja, upaya meningkatkan kemampuan diri, dan pengorbanan kepentingan pribadi demi kemajuan SPMI, kesejahteraan tim dan institusi.