Iseng membuka file-file lama ketika kuliah dulu tidak sengaja menemukan kumpulan laporan praktikum yang menurut saya sangat bermanfaat. Mungkin dulu mengerjakan laporan karena hanya untuk melunaskan kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Ketika sekarang dibuka-buka lagi ternyata banyak sekali ilmu yang bisa diambil dan semoga saja bermanfaat bagi orang lain..
KITOSAN SANG KAYA MANFAAT
https://www.iribb.org/images/stories/artikel/2018/190918-1.jpg
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat luas. Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor yang menjadi penghasil devisa suatu negara. Salah satu biota unggulan ekspor Indonesia yaitu lobster, pen cumi, udang, dan rajungan. Jumlah produksi bahan baku perikanan yang tinggi akan diikuti peningkatan limbah bahan baku yang dihasilkan.
Limbah yang dihasilkan dapat berupa cangkang atau kulit, dan limbah cair berupa air rebusan atau cucian (Haryati 2005). Menurut Multazam (2002), dalam satu ekor rajungan saja dapat menghasilkan limbah seperti 57% cangkang, 3% body reject, dan air rebusan 20%. Jika produksi rajungan mencapai 600 kg/hari dapat menghasilkan daging sebesar 250 kg, dan limbah berupa capit dan cangkang sebesar 350kg. Hal ini juga terjadi pada udang, kepiting, dan krustasea jenis yang lain.
Salah satu pemanfaatan limbah dari bahan baku jenis krustasea seperti udang, rajungan, dan kepiting adalah pembuatan kitosan. Kitosan menurut Trisnawati et al. (2013) merupakan polisakarida yang berbentuk linier terdiri dari monomer N-asetilglukosamin dan D-glukosamin. Kitosan adalah turunan dari kitin yang merupakan jenis polisakarida terbanyak setelah selulosa. Bahan baku yang berpotensi mengandung kitin dan kitosan tidaklah banyak.
Kitosan banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang karena sifat-sifatnya yang unik. Penggunaan kitosan meliputi pemurnian limbah, pengkelat logam-logam berat, pelapis biji untuk meningkatkan hasil panen dan melindungi dari serangan jamur, dan lain sebagainya. Kitosan juga bisa dimanfaatkan sebagai penyerap zat warna dan di industri kertas. Selain itu kitosan bisa dimanfaatkan sebagai agen perbaikan mutu kertas (Saputro dan Mahardiani 2009).
Kitosan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan antimikroba. Kitosan mengandung enzim lisozim dan gugus amina yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan efisiensi daya hambat kitosan terhadap bakteri tergantung dari konsentrasi pelarutan kitosan. Kemampuan dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan kitosan memiliki polikation bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Hal tersebut menyebabkan kitosan dapat digunakan sebagai pengawet makanan (Wardaniati dan Setyaningsih 2008).
Mekanisme yang terjadi dalam pengawetan makanan atau kitosan sebagai bahan anti mikroba yaitu kitosan berikatan dengan protein membrane dan fosfolipid membraner, seperti fosfatidil kolin, sehingga meningkatkan permeabilitas inner membran (IM). Naiknya permeabilitas IM akan mempermudah keluarnya cairan sel. Cairan sitoplasma yang keluar akan membawa metabolit lainnya dan menghambat pembelahan sel (regenerasi). Hal ini akan menyebabkan kematian sel (Trisnawati et al. 2013).
Kitosan dapat dimanfaatkan sebagai adsorpsi logam, pemurnian air (Suptijah et al. 2008), penyerap lemak (Hargono et al 2008), pengkelat, antimikroba, dan antioksidan serta berbagai manfaat yang lain. Kitosan diduga mampu menjernihkan air yang kotor menjadi air yang bersih sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Kitosan dapat digunakan sebagai penyerap lemak (Singla et al. 2001; Ueno et al. 2001) dan hipokolesterolemia (Antoni 2005). Minyak goreng mudah mengalami kerusakan karena minyak akan mengalami ketengikan pada waktu tertentu. Kitosan dapat memecah ikatan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas.