Lihat ke Halaman Asli

Hindari Dampak Buruk Berhutang: Edukasi Keuangan untuk Masyarakat

Diperbarui: 11 Juli 2024   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Pexels/Towfiqu Barbhuiya)

Salah satu hal yang sangat sensitif dalam menjalin hubungan dengan orang lain bahkan dengan kerabat ialah soal hutang. Peminjaman uang adalah tanda bahwa seseorang membawa masalah finansialnya kepada orang lain yang seharusnya merupakan masalah dirinya sendiri. Kenyataanya hutang piutang pasti diikuti oleh berbagai masalah sosial.

Banyak masyarakat terjebak hutang karena ketidakpahaman tentang risiko dan konsekuensi pinjaman, terutama dari pinjaman online ilegal. Ini menunjukkan perlunya edukasi keuangan yang lebih luas.

Ditambah lagi jika berhutang di pinjol, praktik penagihan utang sering melibatkan ancaman, kekerasan verbal, bahkan fisik. Debt collector sering menyebarkan data pribadi peminjam ke kontak-kontak mereka. Tekanan dari debt collector sering menyebabkan stres, depresi, bahkan kasus bunuh dir. 

Itu kalau berhutang dari pinjol, ada lagi yang berhutang kepada kerabat dan teman. Tidak sedikit cerita warganet yang menganggap yang ia beri pinjaman lebih galak dari dirinya ketika ditagih hutang. Inilah dapat merusak hubungan sosial antara pemberi dan peminjam.

Orang yang berhutang adalah orang yang mengalami tekanan dan stres finansial yang berat. Berhutang dapat membuat seseorang merasa malu atau rendah diri. Ketidakmampuan membayar hutang dapat menimbulkan rasa tidak berdaya. Sehingga ketika ditagih, hal ini dapat memicu reaksi emosional seperti kecemasan, frustrasi, atau kemarahan.

Stigma Sosial kepada Individu yang Tidak Mau Meminjamkan Uang

Stigma sosial dan sanksi informal terhadap individu yang tidak mau meminjamkan uang masih cukup kuat di masyarakat Indonesia.

Budaya gotong royong dan tolong-menolong yang mengakar kuat di Indonesia membuat orang yang tidak mau meminjamkan uang sering dianggap tidak peduli atau pelit. Hal ini sering digunakan penghutang sebagai memberi tekanan sosial pada pemberi.

Masyarakat Indonesia cenderung lebih mengandalkan jaringan sosial dibanding lembaga pinjaman formal untuk berhutang. Akibatnya, orang yang menolak meminjamkan uang dianggap merusak kohesi sosial. Individu yang menolak meminjamkan uang bisa menghadapi sanksi sosial seperti gosip negatif, atau hilangnya kepercayaan dari lingkungan.

Banyak orang merasa terjepit antara keinginan membantu dan kekhawatiran tidak dibayar kembali, yang bisa menimbulkan konflik internal. Tidak sedikit cerita warganet yang diminta uangnya oleh kerabat, ya diminta, kerabatnya terus meminjam namun tidak pernah dikembalikan. Akhirnya terjebak dalam gotong royong semu dimana peminjam tinggal enak menerima uang, dan dirinya pusing karena ada kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Dampak Buruk berhutang, Baik dari Sisi Peminjam dan Pemberi

Berdasarkan kasus-kasus yang beredar, ada beberapa contoh nyata terkait penagihan utang yang terjadi di masyarakat Indonesia dan dampaknya terhadap hubungan sosial

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline