Anda kenal Elon Musk, orang terkaya di dunia? Dia pernah ngasih anda uang rokok, uang buat beli bakwan dan nasi kuning laksa basah? Belum pernah? Beliau orang terkaya loh.
Anda membencinya ketika dia tidak memberi anda uang token listrik padahal hartanya warbyasa banyaknya? Tidak kan? Kenapa demikian? Karena anda tidak mengenalnya secara jauh apalagi dekat, anda tidak pernah ngopi dengan beliau, tidak pernah mancing belut dengan beliau, oleh sebab itu anda tidak pernah melabeli beliau orang pelit. Karena apa, kalian tidak dekat, jelas.
Lalu mengapa teman kecil dulu sepermainan anda sekejap anda lupakan seluruh kebaikannya hanya karena kesalahan yang tidak salah - dia belum bisa berbagi sedikit yang ia punya, boleh jadi ia punya kebutuhan mendesak mendadak, penting dan prioritas, lantas anda katakan "Tong, loe kok pelit banget jadi orang, Firaun aja masih ngerawat Nabi Musa waktu beliau masih bayi."
Coba rukiyah dulu diri anda, tanya pada ruh dalam dirimu, hati dalam dadamu, pikiran dalam otakmu, kira-kira dia yang pelit atau saya yang tamak? Dia yang jahat atau saya yang ingin terus diperhatikan? Dia yang berubah atau saya yang tidak tahu malu? Dia tidak seperti dulu lagi atau saya yang dulu bukanlah yang sekarang, dulu disayang sekarang kuditendang..dulu..dulu..dulu kumenderita.. Berchandyaa..
Serius.
Mulailah membenahi hati. Melembutkan hati. Memaafkan setiap orang sebelum mereka meminta maaf. Kalo kata Gusdur 'maafkan iya lupakan tidak'.
Intinya torang samua basudara jangan baku gara.
Semoga ada manfaatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H