Lihat ke Halaman Asli

Bagus Rachmad Saputra

Alumni Program Studi S2 Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang

Terjebak Nostalgia di Kayutangan

Diperbarui: 10 Oktober 2020   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi/ dokumen penulis

Kampung Heritage Kayutangan Kota Malang, perkampungan yang berada di tengah kota itu menyimpan beragam cerita bagi setiap orang yang tinggal di sana. Jauh sebelum Kota Malang berkembang menjadi kota yang modern seperti saat ini. Kampung Kayutangan adalah saksi bagaimana kota kedua terbesar di Jawa Timur itu. Pernah menjadi destinasi favorit bule-bule dimasa pemerintahan kolonial Belanda. Termasuk cerita perlawanan Arek-Arek Malang terhadap agresi militer yang dilakukan pemerintahan kolonial Belanda pasca kemerdekaan Indonesia.

Di kampung heritage itu, komunitas Karya Anak Bangsa menyusuri setiap jalan di gang-gang kecil dan banyak cerita yang disuguhkan. Bukan hanya bangunan heritage yang bisa menjadi spot foto instagramable. Tetapi juga cerita dibalik setiap tempat di kampung yang menjadi satu dari puluhan kampung tematik di Kota Malang. Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Heritage Kayutangan, Mila Kurniawati menjelaskan setiap situs yang ada memiliki ceritanya masing-masing.

Seperti situs Makam Mbah Honggo salah satu sesepuh yang pernah siar Agama Islam di wilayah Kota Malang, terowongan irigasi air yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda, studio musik dimana salah satu musisi legendaris, Ian Antono personel Godbless pernah menghabiskan waktunya untuk berkarya di Kayutangan, serta rumah ikonik yang sudah berdiri sejak 1870.

Mila menjelaskan setiap situs yang ada memiliki nama dan sejarahnya masing-masing. "Seperti rumah Jengki ini rumah yang desainnya sudah sedikit modern mengikuti era 1960 an. Disebut rumah Jengki karena rumah ini milik saudagar yang dulu paling memiliki lahan luas di daerah ini. Kemudian rumah penghulu, kenapa disebut rumah penghulu karena rumah ini dulu merupakan rumah penghulu di era pemerintahan kolonial," jelasnya.

Mila menambahkan tak jarang ada wisatawan asing datang untuk melihat perkampungan tersebut dan juga melakukan penelitian. Hal tersebut juga disampaikan oleh Rudi, warga asli setempat yang memiliki usaha kopi yang cukup terkenal di wilayah kampung heritage, Kopi Mbah Ndut. Rudi menjelaskan jika rumah peninggalan orang tuanya yang juga tempatnya membuka usaha masih otentik dan tidak banyak mengalami perubahan. Dari rumah itu, Rudi bernostalgia dengan masa kecilnya yang banyak dihabiskan ditempat itu.

"Sejak kecil saya menghabiskan masa kecil saya disini, bermain dan berangkat sekolah lewat terowongan Belanda itu," tutur Rudi. Kini kampung heritage belum bisa dikunjungi oleh wisatawan karena pandemi virus Covid 19. Kedepan kampung heritage akan menjadi ikon wisata sejarah yang ada di Kota Malang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline