Lihat ke Halaman Asli

Bagus Putra W

Suka nulis saja.

Rebut "Kandang Banteng" di Pilwakot Semarang: KIM, Pilih Yoyok atau Dico?

Diperbarui: 8 Agustus 2024   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep foto bersama Dico M Ganinduto dan Yoyok Sukawi di Jakarta. (Dok/Instagram)


BEBERAPA hari kemarin, saya membaca sebuah berita dari media online tentang rilis lembaga survei Indo Barometer, yang mengungkap elektabilitas dari nama-nama calon yang berpotensi diusung pada Pilwalkot Semarang 2024. 

Dalam simulasi terbuka atau top of mind, tingkat elektabilitas Yoyok Sukawi (Demokrat) sebesar 16,5 persen atau berada di atas sejumlah nama lainnya. Posisi kedua ditempati Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu atau Mbak Ita (PDIP) dengan elektabilitas 11 persen. Kemudian, Sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang, Ade Bhakti Ariawan meraih elektabilitas 6,3 persen.

Posisi berikutnya disusul Bupati Kendal Dico M Ganinduto (Golkar) sebesar 2,8 persen. Sementara, elektabilitas nama calon lainnya seperti Iswar Aminuddin, Arnaz Agung Andrarasmara, dan Hendrar Prihadi berada di bawah 2 persen.

Saya sebagai masyarakat awam tak berani untuk membantah atau memperdebatkan hasil survei, yang memang dibuat oleh para ahlinya dengan metode dan analisis yang teruji secara akademis.

Namun menarik untuk dibahas, adalah analisis dari beberapa pakar dan akademisi yang setelahnya memberikan tanggapan atas hasil survei ini. Beberapa pakar politik memprediksi, akan munculnya tiga poros koalisi pada perhelatan Pilwakot Semarang 2024 nanti.

Dan memang, dari pembacaan kaca mata orang awam seperti saya, hingga saat ini potensi munculnya tiga poros politik masih mungkin terjadi. 

Poros pertama, Koalisi Semarang Maju yang siap mengusung Yoyok Sukawi sebagai calon wali kota dengan dukungan Partai Demokrat (enam kursi di DPRD Kota Semarang), Partai Keadilan Sejahtera (enam kursi), dan Partai Kebangkitan Bangsa (lima kursi), PAN, PPP, dan Nasdem (masing-masing memiliki satu kursi di parlemen).

Poros kedua adalah koalisi Golkar (empat kursi) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan lima kursi, yang siap mencalonkan Dico M Ganinduto, Bupati Kendal. 

Poros ketiga diwakili oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang memiliki "golden ticket" dengan 14 kursi di parlemen.

Selain itu masih ada Partai Gerindra yang memiliki tujuh kursi di parlemen, dan hingga kini belum menentukan arah koalisi.

Munculnya tiga poros dalam Pilwakot Semarang sebenarnya tak menguntungkan bagi calon lain di luar PDIP. Apalagi selama ini, Kota Semarang dikenal sebagai basis kuat bagi PDIP, yang telah lama mengakar di tengah masyarakat. Dengan adanya massa loyal yang solid, PDIP mampu mempertahankan dominasi politiknya di daerah ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline