Fenomena idul fitri selalu berkaitan erat dengan mudik alias pulang kampung. Moment ini sangat memprioritaskan bertemu dengan keluarga dan sanak saudara untuk bermaaf-maafan. Hal ini dikarenakan setiap individu hendak kembali ke fitrah dan memulai kembali dengan suci.
Selepas bermaafan kepada keluarga dan sanak saudara, semua kembali normal dan bahagia. Kebahagiaan ini menjadi bahan bakar untuk kembali mengejar cita-cita di perantauan. Namun, terkadang ada hal yang dilupakan pada moment ini.
Idul fitri yang berlalu, kembalinya setiap orang kepada pekerjaan dan kesibukan masing-masing, membuat celah kecil yang tidak disadari secara sengaja ataupun tidak sengaja. Perayaan idul fitri di kampung halaman yang meriah membuat terkadang seseorang melupakan tetangga, sahabat karib dan kerabatnya di perantauan. Karena kemeriahan yang dilakukan sibuk dengan keluarganya masing-masing, sehingga selain keluarga terkadang justru terlupakan.
Libur idul fitri yang tak cukup lama, membuat setiap orang yang telah merayakannya kembali fokus kepada pekerjaannya di perantauan. Sehingga membuat beberapa sahabat karib dan kerabat di perantauan terkadang terlupakan. Momentum saling memaafkan yang terlewatkan karena kesibukan ini membuat idul fitri ini nampak rancu.
Kerancuan bisa dilihat karena seoramg perantau yang berhubungan dengan tetangga, sahabat karib dan kerabat tentu tak terlepas dari salah. Maka dari itu, mereka perlu juga dimaafkan dan memaafkan. Namun, karena fokus merayakan idul fitri kepada keluarga dan setelah itu fokus kepada pekerjaan, membuat terkadang tetangga, sahabat karib dan kerabat terlupakan. Terlebih mereka yang lama tidak bertemu karena di awal masuk dari libur idul fitri fokus mengejar target pekerjaannya masing-masing. Hal ini membuat moment saling maaf terasa hilang, dan secara sadar ataupun tidak moment itu terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H