Lihat ke Halaman Asli

Telepon Genggam Pintar

Diperbarui: 5 September 2015   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jaman sudah berubah. Ada teknologi yang disebut telepon genggam pintar. Itu yang membuat jaman berubah. Setidaknya ke arah yang lebih baik. Mudah-mudahan demikian.

Saya mau berterimakasih kepada telepon genggam pintar. Termasuk kepada siapapun penemunya. Dan, apapun mereknya. Serta berapapun harganya.

Lewat dia, manusia jadi lebih mudah dalam menjalankan hidup. Lewat dia juga, komunikasi jadi lancar, yang jauh mendekat. (Yang dekat menjauh, katanya). Masih lewat dia, Tuhan disebut-sebut oleh manusia.

Ya, poin pentingnya yang terakhir. Manusia jadi ingat Tuhan. Setidaknya, ingat. Meski banyak yang tidak mengabdi dan berserah pada Tuhan. Tapi tetap ingat Tuhan.

Ceritanya begini, sebut saja namanya Iqbal, dia adalah seorang lelaki dewasa yang siap menikah. Pekerjaan sehari-hari adalah pelaku seni. Dia punya telepon genggam pintar untuk mendukung kinerjanya. Telepon genggam pintar yang dia punya adalah Iphone 4. 

Dia tidak pernah melepas telepon genggam pintarnya itu. Bahkan sampai ke kamar mandi. Tentunya sambil nonton video. Entah apa video yang ditontonnya. Saya tidak tahu. Soalnya, Iqbal selalu ke kamar mandi sendirian.

Sampai suatu saat, ketika dia sedang mengerjakan karya seninya, telepon genggam pintarnya tersenggol dia sendiri dan jatuh dari meja kerjanya ke lantai. Sontak, Iqbal teriak. Meski seorang seniman, yang katanya selalu menanggalkan identitas agamanya dalam berseni, Iqbal berteriak "Ya Allah" ketika si Iphone 4-nya itu jatuh. 

Positifnya, Iqbal ingat, dia masih punya Allah. Meskipun hanya ketika telepon genggam pintarnya jatuh. 

Mirip dengan Iqbal, sebut saja namanya Robert. Dia remaja kelas X, atau pada jaman saya sekolah, adalah kelas 1 SMA. Dia punya telepon genggam pintar bermerek Samsung berjenis Samsung Duos. Katanya, itu hadiah dari orang tuanya saat dia lulus SMP. 

Dia memang sempat terancam gagal lulus. Soalnya absensinya parah. Robert waktu kelas VII-VIII, atau kelas I-II SMP pada jaman saya, terkenal sebagai Raja Bolos. Naik kelas 9, atau kelas III SMP pada jaman saya, Robert jadi rajin dan membuat dia lulus SMP. Padahal, Robert ngaku rajin sekolah karena diiming-imingi telepon genggam pintar.

Robert anak yang aktif. Dia adalah pemain basket di sekolahnya. Kulitnya pun rada menghitam karena sering berpanas-panasan saat berbasket ria. Tubuhnya pun terkategori tinggi untuk rekan sebayanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline