Kesatria?
Matanya terbelalak, ya bocah bau kencur itu melongo. Terbata-bata dia menjawab pertanyaan yang dilontarkan gurunya.
"ee eee eeee, anu anu itu bu," kata Dimas menjawab pertanyaan sang guru apa yang tengah dilakukannya di kelas.
Tangan Dimas gratakan, apapun dia pegangi. Gugup. Panik. Kepalanya yang berambut tipis keluar bulir-bulir keringat jagung. Matanya tak fokus dengan tatapan sang guru, blingsatan mencari pembenaran dan pembelaan.
"Apa yang kamu lakukan?" tegur guru perempuan berjilbab itu sekali lagi.
Dimas tertunduk sesaat, lalu menengadah. Dia menjawab seadanya sembari matanya terpejam.
"Aku nyontek bu," teriaknya dengan suara yang memecah ketenangan kelas saat itu. Keras sekali suaranya saat itu hingga membuat murid lain ikut terbelalak.
Dimas lalu menangis. Kedua tangannya menutup mukanya. Kepalanya ditundukkan ke meja. Kertas ujiannya pun diremas kuat-kuat. Lecek.
Sang guru pun menghampiri. Kepala Dimas diusapnya. Bahu Dimas ditepuk-tepuk. "Kamu boleh keluar," ujar sang guru sambil merundukan tubuhnya.
Tangis Dimas makin kencang. Bocah berumur 8 tahun itu menendang-nendangkan bangku dan memukul-mukul mejanya. Seakan protes dengan ucapan sang guru.
"Kamu tidak boleh menyelesaikan ujian mu, kamu boleh pulang," ucap sang Guru sambil mengambil kertas lembar jawaban dan merobeknya.