Lihat ke Halaman Asli

Pekan Olahraga dan Identitas Nasional

Diperbarui: 14 September 2016   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.seputarbandungraya.com

PON (Pekan Olahraga Nasional) XIX/ 2016 Jawa Barat akan segera bergulir dalam hitungan hari. PON dijadwalkan akan digelar mulai tanggal 17-29 september 2016. Kompetisi olahraga tingkat nasional ini nantinya diikuti oleh 9.229 atlet berbakat dari seluruh provinsi di Indonesia. Terdapat 44 cabang olahraga yang dilombakan dengan total 756 medali emas yang akan diperebutkan dalam kompetisi olahraga 4 tahunan ini. GURILAPS (Gunung, Rimba, Laut, Pantai, dan Sungai) adalah tema khusus yang sengaja diangkat saat opening ceremony PON tahun ini. Pada saat yang bersamaan, unsur-unsur budaya kedaerahan dari seluruh Indonesia juga turut dihadirkan dengan dibalut teknologi modern untuk memeriahkan pesta olahraga berskala nasional ini.

Berdasarkan catatan sejarah, PON ternyata sudah digelar sejak tahun 1948 di Solo, Jawa Tengah. Gagalnya pengiriman atlet dalam ajang olympiade di London (1948) telah mengakibatkan PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) sebagai induk organisasi olahraga Indonesia menyelenggarakan konferensi darurat pada 1 Mei 1948 di Solo. Penyelenggaraan PON I ini dirasa mampu menjadi solusi untuk mengobati kekecewaan bangsa Indonesia yang sangat berhasrat untuk berkompetisi pada bidang keolahragaan di kancah internasional waktu itu. Instabilitas kondisi Indonesia pada era revolusi yang masih diwarnai dengan bunyi tembakan, dentuman artileri, suara tangisan dan jeritan, hingga penyempitan wilayah Indonesia sebagai akibat dari perjanjian Renville tidaklah menjadi halangan dalam pelaksanaan PON perdana di Indonesia.

Selain sebagai filter untuk menjaring atlet berbakat dan potensial, saat ini PON (Pekan Olahraga Nasional) telah menjadi ‘tradisi’ olahraga yang mempertemukan ribuan atlet dari seluruh provinsi di Indonesia. PON merupakan wadah berkumpulnya orang-orang dari berbagai latarbelakang etnis, suku, agama, bahasa, dan ras di Indonesia. Selain beradu prestasi untuk mencari yang terbaik, ajang PON juga merupakan arena untuk mempererat tali persaudaraan bagi semua orang yang terlibat didalamnya, baik peserta, penonton, maupun pihak penyelenggara. Antusiasme seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam memeriahkan ajang PON inilah tercermin identitas bangsa Indonesia yang mengusung semangat “bhinneka tunggal ika”.

Namun, ke-‘nasional’-an dalam PON tampaknya hanya sebatas dari segi kewilayahan para pesertanya saja. Sedangkan dari segi cabang olahraga yang dilombakan, ke-‘nasional’-an Indonesia tidak terlalu tampak. Sebagian besar cabang olahraga yang dilombakan dalam ajang PON mengadopsi olahraga yang berasal dari barat. Ironisnya, hanyalah pencak silat yang merupakan cabang olahraga asli Indonesia yang dilombakan dalam ajang PON dari tahun ke tahun. Meski demikian, terdapat pula cabang olahraga panahan yang masih beraroma ke-Indonesia-an. Namun, olahraga panahan telah banyak mengalami proses pembaratan. Besarnya pengaruh barat dalam dunia keolahragaan nasional ini tidaklah mengherankan, sebab pada mulanya saja PON merupakan konversi dari ISI sportweek (Pekan Olahraga Ikatan Sport Indonesia) yang sudah memulai debutnya sejak era kolonial Belanda pada tahun 1938 dan sempat terhenti pada era kependudukan Jepang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline