Lihat ke Halaman Asli

Bagus Aulia Akbar

Mahasiswa IAIN Ponorogo

Fenomena Kakek Nenek yang Terlalu Memanjakan Cucu

Diperbarui: 17 Mei 2024   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fenomena kakek dan nenek yang memanjakan cucunya adalah bukan hal yang jarang bagi kita dengar, khususnya bagi keluarga muda yang baru mempunyai buah hati. Pada fenomena ini sering muncul perseteruan antara kakek dan nenek dengan orangtua dalam proses mendidik sebuah anak. Lalu bagaimana cara kita  memahami dan memberikan jalan yang terbaik  terhadap fenomena ini.

Ternyata terdapat beberapa alasan kenapa kakek nenek sangat memanjakan cucunya.

  • Kesempatan kedua menjadi orangtua. Hadirnya cucu menjadikan alasan kuat kenapa kakek dan nenek memanjakan cucunya. Cucu dilihat sebagai kesempatan kedua untuk merasakan kebahagian mengasuh anak anak dengan kondisi mereka yang telah lebih berpengalaman. Mereka merasa lebih bisa optimal untuk mengasuh cucu dikarenakan telah banyak pengalaman yang diambil ketika menjadi orangtua dahulu. Mereka juga merasa lebih baik mengasuh dari pada orangtua dari anak tersebut. Sehingga, dengan menyayangi cucunya adalah bentuk kepuasan emosional mereka tersendiri.
  • Ingin mendapat kebahagian di masa tua. Salah satu alasan utama kenapa kenapa kakek nenek memanjakan cucunya adalah sebagai jalan mendapatkan kebahagian.
  • Pelipur rasa sedih pada masa lalu. Penyesalan kakek nenek bisa jadi adalah alasan kenapa mereka memanjakan cucunya. Mereka mungkin menyesal ketika menjadi orangtua belum bisa memberikan pengasuhan yang baik/optimal dikarenakan kesibukannya dalam berkerja. Untuk membalas kesalahan masa lalu kakek nenek menebusnya pada cucunya. Pada akhirnya memliki prinsip kebahagian cucu adalah kebahagian kakek dan nenek.

Setelah kita mengetahui alasan alasan kenapa kakek dan nenek sangat memanjakan cucunya, lantas seperti apa ketika kita melihat dari sisi sains. Studi dari Universitas of Glasgow menunjukan, kebanyakan bentuk memanjakan kakek nenek kepada cucunya adalah dengan cara memberikan makanan secara berlebihan. Dilansir dari BBC, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa ada tiga pengaruh utama pada asuhan anak yaitu diet dan berat badan, aktivitas fisik, serta merokok.

Dalam hal diet dan berat badan, penelitian menyimpulkan bahwa sikap kakek dan nenek memberikan makanan pada cucunya dapat berakibat buruk. Mereka sering mengutamakan kebahagian sementara dari seorang cucu tapi melupakan Kesehatan cucunya, sehingga terkadang bentuk kasih sayangnya justru malah menyesatkan dan merugikan. Makanan yang memiliki kadar gula tinggi dan lemak tinggi kerap dijadikan sebagai pengikat emosi pada cucunya.

Jika melihat permasalahan diatas sudah seharusnya kita selaku orangtua mempunyai komunikasi yang baik kepada kakek nenek agar buah hati bisa optimal dalam proses tumbuh kembangnya.

Ada beberapa tips dari Times of India sebagai berikut.

  • Jika terdapat peraturan yang dibuat oleh orang tua untuk anak namun ketika dalam mengasuh kakek nenek melanggarnya, dalam hal ini orang tua tidak perlu berkonfrontasi kepada kakek nenek didepan anak anak, hal tersebut lebih baik dibicarakan dengan pribadi kepada kakek nenek dan menjelaskan batasan batasan yang ditetapkan dan meminta mereka untuk menghormatinya.
  • Jika kakek nenek terlalu mencampuri kehidupan rumah tangga anak anak, dalam hal tersebut mereka merasa telah lebih berpengalaman dalam mengasuh anak, dan berharap setiap pengambilan Keputusan harus mengikuti pandangan mereka. Maka selaku orangtua kita tidak harus selalu setuju dengan pendapat kakek nenek, namun cukup dengan didengarkan baik baik dan jangan menyela, kita juga seharusnya paham bahwa apa yang dilakukan mereka adalah niatan yang baik untuk anak kita.

Membangun rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak mudah, apalagi ketika kita sudah memiliki buah hati, dalam hal ini tanggung jawab kita semakin bertambah, maka sudah seharusnya kita berjuang dengan sungguh sungguh agar tanggungjawab tersebut bisa dipertanggungjawabkan kelak di hadapanNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline