Lihat ke Halaman Asli

Bagus AW

freelancer

Batik Abstrak Hanang Bikin Anak Muda Pengen Pakai Batik

Diperbarui: 4 November 2020   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kulon Progo - Kehadiran pengrajin batik muda bukan hanya menjadi angin segar bagi kelestarian batik. Tapi juga mampu menambah warna industri ini.

Mereka, para pembatik muda hadir dengan beragam ide dan inovasi yang membuat motif batik makin beragam. Tidak hanya hadir dengan batik klasik, para pembatik muda lebih banyak menghadirkan motif abstrak. Motif yang memang menyasar kalangan muda.

Kehadiran batik abstrak perlu diakui cukup sukses menarik minat generasi muda untuk memakai batik. Hal ini juga diakui oleh Hanang Mintarto, pemilik usaha Batik Banyu Sabrang yang juga merupakan generasi muda pembatik di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

 "Memang lebih banyak pembeli batik abstrak itu dari kalangan muda, 30 tahunan keatas lah. Untuk 30 kebawah juga ada tapi sedikit," ujarnya.

Pria yang memulai usaha batik sejak 17 April enam tahun silam ini mengaku, sebelum fokus dengan batik abstrak sempat membuat batik bermotif klasik.

"Dulu saya pernah bikin batik klasik, parang, truntum, kawung, model jarik embah-embah," katanya sambil tertawa.

Hanang memutuskan untuk pindah haluan ke batik abstrak karena merasa mampu menciptakan batik yang seni, tidak sekedar membuat sketsa. Tapi berkreasi memakai kuas dan canting di atas selembar mori.

Keputusannya ini boleh dibilang tepat. Karena sejak itu namanya mulai banyak dikenal, bahkan sampai luar Kulon Progo. Membuat batik abstrak bagi Hanang bukan sekedar menumpahkan ekspresi diri, namun menghadirkan sebuah seni lukis dengan teknik batik.

Hanang mengibaratkan membuat batik abstrak itu seperti melukis. Bedanya kalau lukisan ditempel ke diding sedangkan batik ditempel dibadan.

"Siapapun yang pakai batik abstrak Banyu Sabrang itu mereka bak mengenakan lukisan yang eksklusif dan limited di badan. Tapi untuk menikmati ekslusifitas itu pastinya tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam seperti untuk bisa menikmati lukisan. Kita jualan batik dari harga Rp.100 ribuan," katanya.

Untuk menciptakan setiap motif batik abstrak, ia memastikan bahwa dirinya turun tangan langsung. Karena menurutnya tiap coletan malam di kain batik bukan sekedar motif, tapi menunjukkan identitas sang pembatik. Oleh sebab itu ia tidak mau identitasnya sebagai pembatik hilang dan tidak ada dalam setiap batik abstrak buatannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline