Lihat ke Halaman Asli

Kanonisasi Penyair Tua; Ketika Penyair Muda Kalah Reputasi Ketimbang Penyair Lama

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita tahu,puisi adalah bentuk ungkapan secara tersirat dari penulis dalam hal ini penyair.Penyair mempunyai unsur penting dalam menyajikan dan menggubah katakata yang bergerumul diotaknya untuk dilontarkan ke secarik kertas untuk dijadikan puisi atau sajak.Penyair Muda sangat bergelora dalam menulis sajak-sajaknya apalagi kalau terus gagal dan gagal dalam menerbitkan karyanya di media-media massa.Adrenalin dalam mencapai suatu gaya penulisan yang setara dan berkelas seperti penyair-penyair lama terus dikembangkan penyair-penyair muda yang belum terekspose media dan selalu ditolak media.Kanonisasi semacam inilah yang menjadikan beberapa penyair muda geram dan akhirnya menumpahkan karya-karyanya di media maya seperti jejaring sosial Facebook dan Blog.Mereka mempublikasikan puisi-puisi mereka dan setelah saya analisis beberapa penyair muda,saya bilang bahwa puisi-puisi mereka juga layak diperbincangkan dan mendapat ''like'' yang juga banyak.Tapi karena pendektean para penyair tenar yang reputasinya sudah merambah di dunia internasional,penyair muda tergerus dan harus memilih beberapa jalan;1.ikut komunitas tertentu,atau tidak sama sekali karya mereka dipublikasikan,maka saya pernah juga mengakali suatu media massa koran dan berkata bahwa saya anggota dari komunitas sastra dikota saya,padahal tidak sama sekali itu demi sajak-sajak yang saya tulis supaya mampu diterbitkan di media massa dalam hal ini koran.Tapi lagi-lagi saya harus menggigit jari untuk kesekian kalinya,karena sajak saya gagal terbit dan melihat sajak penyair angkatan usang (maaf kalau saya lancang berkata) terlihat jreng di koran itu.Lagi saya harus kecewa.Penyair muda seharusnya diberi suatu kolom atau wadah tertentu di sebuah media massa,khusunya koran yang menampilkan sajak-sajak penyair muda setiap minggunya dan meletakkannya dalam suatu perbincangan bukan mendekte mereka dan mengumpulkan mereka dalam suatu forum yang selalu yang tua-tua yang bicara melulu.Penyair muda juga harus berani menerbitkan buku kumpulan puisi sendiri atau membuat kolaborasi buku dengan teman seangkatan,saya rasa itu berguna dalam memacu kreativitas dan kepercayaan diri seorang penyair muda.

Salam

kudus,april 2012




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline