Kalimantan memiliki arti kali 'sungai' mantan 'besar' jadi Kalimantan berarti pulau yang memiliki sungai-sungai besar, atau sering disebut Bornea, Tanjung Negara dan dalam nama adat terkenal dengan Bagawan Bawi Lewu Telo, dari makna tersebut sudah dapat digambarkan bahwa disamping memiliki banyak sungai tentunya Kalimantan memiliki budaya leluhur dayak adi luhung dan masih dipertahankan sampai sekarang dalam era globalisasi. Begitu juga dalam setiap semboyan setiap Kota dan Kabupaten menggunakan kearifan dan budaya lokal seperti Kalimantan Tengah memiliki semboyan Isen Mulang, disinilah tempat kami berada.
Hari Kemerdekaan di tahun ini tidak sepertibiasanya di kota Cantik Palangka Raya, Kalimantan Tengah bendera Merah Putih dan antribut umbul-umbul sudah mulai dipasarkan sepanjang jalan protokol, kantor-kantor pemerintahpun sudah memasangnya sejak tanggal 1 Agustus, hinggar bingar mulai nampak menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Kami tinggal di belakang pasar Kahayan Kota Palangka Raya sebuah perkampungan penduduk yang cukup padat, sebagian besar peduduknya adalah pedagang dan buruh pekerja harian lepas, tempat tinggal kami diatas air dengan rumah panggung menggunakan kayu-kayu baik tiang pancang maupun kerangka rumah semua menggunakan kayu, jika Sungai Kahayan debit airnya besar maka air pun meluap sampai ke bawah kolong rumah kami.
Bahkan jika luapannya besar kami harus mengungsi sebab air masuk terlalu tinggi ke dalam rumah dan pasti dibawah rumah tinggi air setinggi orang dewasa lebih, sungai Kahayan adalah sungai yang berada di Kota Palangka Raya dihubungkan dengan jembatan Kahayan yang diresmikan oleh Presiden Megawati Sukarno Putri 13 Januari 2002 untuk menghubungkan Kelurahan Pahandut Seberang dan tembus ke Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas , Kabupaten Barito Selalatan, dan Kebupaten Barito Utara.
Aku dua bersaudara anak pertama dari pasangan Dayak di Palangka Raya namaku Cristoper dan adiku bernama Balau, kami hidup dalam budaya dayak dengan Nilai-Nilai Luhur yang ditularkan para Tetua Adat , sehingga kental dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada suatu sore di teras rumah, kami berbincang santai sambil memandang suangai Kahayan yang sangat indah dari kejauhan nampak pula jembatan Kahayan hilir mudik kendaraan sebagai hiburan tersendiri bagi kami, saat seperti inilah biasa ayahku memberikan nasehatnya tentang pesan para leluhur. Sebelum ayah memulainya aku pun mengawali dengan sebuah pertanyaan," Ayah aku sering mendengar tentang semboyan Isen Mulang, di Kalimantan Tengah banyak tertulis di kantor-kantor dan pusat pemerintahan daerah, itu apa maksudnya Ayah," tanyaku dalam bahasa Dayak Ngaju.
Mulailah ayahku bercerita dalam bahasa Dayak, ayahku memang sudah cukup berumur setengah abab lebih tiga tahun, usia yang sudah cukup makan asam garam dalam menjalani hidup, sambil menyeruput kopi yang desediakan Ibu, mulailah Ayah bercerita :
Nak, suara ayah terdengar sangat lembut penuh kasih sayang sambil menerawang , mata tertuju pada aliran sungai Kahayan, aku dan adiku yang sedang bergelayut pada Ibu mulai menyimak dengan serius.
Dahulu leluhur Dayak memiliki sepasang pemuda dan pemudi mereka berdua adalah bersaudara, Pemuda tersebut bernama Bungai sangat tampan tinggi tegap dan bersahaja keturunan Bangsawan, begitu juga pemudinya bernama Tambun beliau cantik jelita putih bersih layaknya masyarakat Dayak pada umumnya, Tambunpun juga keturunan Bangsawan besar Dayak.
Tambun dan Bungai dididik langsung oleh para Tetua Adat dalam Huma Betang dengan menerapkan ilmu Isen Mulang yaitu Mamat Menteng, Pintar Harati, Memeh Ureh, Andal dia Batimpal,diajarkan setiap hari sampai Tambun dan Bungai menuju dewasa dan siap untuk meneruskan titah Tetua Adat Dayak.