Lihat ke Halaman Asli

Bagas Valentino Elsand

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Transformasi Kebijakan Arab Saudi: Dari Larangan hingga Kebebasan

Diperbarui: 14 Juni 2024   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sumber: Pixabay

Arab Saudi dikenal sebagai negara yang menerapkan hukum Islam yang sangat ketat. Banyak aturan yang membatasi kehidupan perempuan dan kebebasan berekspresi di sana. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, negara ini mulai melakukan berbagai perubahan besar di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Reformasi yang dijalankannya bertujuan untuk membuka negara ini ke dunia luar dan memberikan lebih banyak kebebasan kepada warganya. Tulisan ini akan mengulas secara sederhana tentang reformasi tersebut, dampaknya, dan tantangan yang dihadapi Arab Saudi dalam proses modernisasi ini.

Arab Saudi adalah negara dengan pengaruh yang besar dalam dunia Islam karena memiliki dua kota suci, Mekkah dan Madinah. Sebagai penjaga tempat-tempat suci ini, Arab Saudi selama ini dikenal dengan aturan-aturan ketat yang sesuai dengan interpretasi mereka terhadap hukum Islam. Kehidupan sosial dan ekonomi diatur dengan ketat, terutama bagi perempuan. Misalnya, hingga tahun 2018, perempuan dilarang mengemudi dan harus selalu didampingi oleh laki-laki ketika berada di luar rumah.

Namun, Arab Saudi juga merupakan negara yang sangat bergantung pada minyak sebagai sumber utama pendapatan. Dengan harga minyak yang fluktuatif, negara ini mulai mencari cara untuk mendiversifikasi ekonominya. Di sinilah Visi 2030, sebuah rencana ambisius yang diperkenalkan oleh MBS, berperan penting. Visi 2030 bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada minyak dan menciptakan ekonomi yang lebih beragam dan dinamis.

Salah satu perubahan terbesar yang dilakukan oleh MBS adalah mengizinkan perempuan untuk mengemudi. Sebelumnya, larangan ini dianggap sebagai simbol ketertindasan terhadap perempuan di Arab Saudi. Dengan dihapuskannya larangan ini, perempuan sekarang memiliki lebih banyak kebebasan untuk bepergian dan beraktivitas, yang juga membuka peluang baru bagi mereka dalam hal pekerjaan dan partisipasi sosial.

Selain itu, pemerintah juga mendorong partisipasi perempuan dalam dunia kerja. Berbagai program dan inisiatif diluncurkan untuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan bagi perempuan. Hal ini termasuk pelatihan keterampilan dan insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan perempuan. Sebagai hasilnya, semakin banyak perempuan yang kini bekerja di berbagai sektor ekonomi, yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki.

Pembukaan sektor pariwisata juga merupakan bagian penting dari reformasi ini. Untuk pertama kalinya, Arab Saudi mulai mengeluarkan visa turis, yang memungkinkan orang dari seluruh dunia untuk mengunjungi negara ini. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dari sektor non-migas dan menciptakan lapangan kerja baru. Wisatawan sekarang dapat menikmati berbagai situs bersejarah dan pemandangan alam yang indah di Arab Saudi, yang sebelumnya tertutup untuk pengunjung internasional.

Meskipun ada banyak perubahan positif dalam hal reformasi sosial, Arab Saudi masih menghadapi kritik keras terkait pendekatan represifnya terhadap oposisi dan aktivis hak asasi manusia. Pemerintah Arab Saudi tidak mentoleransi kritik, dan banyak aktivis yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan kebebasan berekspresi yang ditangkap dan dipenjara. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun ada upaya untuk modernisasi, Arab Saudi masih sangat ketat dalam hal kebebasan politik.

Salah satu kasus yang paling mencolok adalah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada tahun 2018. Khashoggi, yang sering mengkritik kebijakan pemerintah, dibunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Kasus ini memicu gelombang kecaman internasional dan memperburuk citra Arab Saudi di mata dunia. Insiden ini juga memperlihatkan sisi gelap dari upaya pemerintah untuk mempertahankan kekuasaan dengan tangan besi.

Reformasi yang dilakukan oleh MBS membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial di Arab Saudi. Perempuan sekarang memiliki lebih banyak kebebasan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan publik. Mereka tidak lagi harus bergantung pada laki-laki untuk mobilitas dan dapat bekerja di berbagai sektor yang sebelumnya tertutup bagi mereka.

Namun, perubahan ini juga memunculkan tantangan. Tidak semua orang di Arab Saudi mendukung reformasi ini. Ada kelompok konservatif yang merasa bahwa perubahan ini bertentangan dengan nilai-nilai tradisional dan identitas agama mereka. Mereka khawatir bahwa modernisasi yang terlalu cepat dapat mengancam budaya dan tradisi yang telah lama dijaga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline