Lihat ke Halaman Asli

Datang tuk Mengubah

Diperbarui: 14 Oktober 2017   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti lebah dan bunga. Hama dan padi. Ikan kecil dan paus. Semua manusia memiliki tujuan. Yang akan membentuk sebuah simbiosis dengan manusia yang lain. Mutual. Parasit. Komensalis. Ia datang. Ia pergi. Membuat perubahan kepada yang lain. Menjadi lebih baik. Atau buruk.

Kemarin. Seorang wanita datang. Kepada sang penyendiri. Memberikan secarik kertas. Yang ia lihat sebagai sebuah pentujuk. Alamat menuju ruang wanita tersebut. Hingga ia terjebak di sana. Namun dengan siksaan itu. Juga muncul sebuah perubahan. Terlihat dan tidak. Luar dan dalam. Kembali seperti semula dan permanen.

Mungkin. Bukan maksud wanita itu memberikan sebuah alamat menuju harapan. Namun lelaki itu lah yang terlalu bodoh dan naif. Menganggap jika ia menarik. Mungkin jika lelaki itu tak merasa spesial. Harapan yang kini menjasi siksaan tak akan terjadi.

Ragu. Apakah lekaki yang memang terlampau naif. Atau ia kurang memahami apa yang diinginkan oleh wanita itu. Walau kini. Jarak diantara mereka sedikit lebih jauh. Karena lelaki itu menunjukkan sifat seakan ingin begitu. Walau pada kenyataannya. Ia begitu terpuruk. Dengan keadaannya. Namun ia tahu. Keadaan tak pernah bisa disalahkan. Karena keadaan adalah buah dari kelakuan sang lekaki itu sendiri.

Walau seperti kata mereka. Manusia datang membawa sebuah perubahan. Yang kecil dan besar. Dan lelaki itu sekarang sudah berubah. Tak peduli menjadi lebih baik atau buruk. Wanita itu datang membawa perubahan yang berarti bagi sang lelaki penyendiri.

-Res




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline