Lihat ke Halaman Asli

Bagas Prabowo Adi

Teologi | Pemuridan

Apakah Baptis Menyelamatkan?

Diperbarui: 1 Juli 2020   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

issuesetc.org

Dalam Yesaya 64 : 6 dikatakan bahwa kesalehan umat manusia seperti kain kotor. Setiap bentuk usaha yang dilakukan manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri adalah kesia-siaan.

Kita mengetahui baptisan diperkenalkan pertama kali di dalam Alkitab oleh Yohanes Pembabtis. Baptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembabtis adalah simbol dan media pengakuan bahwa orang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Pertanyaannya adalah apakah setelah seseorang dibaptis maka secara otomatis ia diselamatkan? Jawabannya adalah belum tentu, tergantung orang tersebut saat dibabtis menerima Kristus dengan sungguh-sungguh atau tidak. Dalam beberapa denominasi, baptisan bahkan diberikan saat seseorang masih balita, dimana saat balita kita belum mengerti betul perihal keselamatan.

Keselamatan tidak didasarkan atas sakramen atau ritus-ritus tertentu, tetapi hanya oleh anugerah Allah itu sendiri. Manusia tidak harus melakukan apa-apa untuk mendapatkannya, yang dilakukan hanyalah menerima dengan sungguh-sungguh. Saya menekankan kalimat "menerima dengan sungguh-sunguh." Karena itu kita hanya perlu mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hati (Roma 10 : 9)

Lantas apakah baptisan itu tidak penting? baptisan tetaplah penting, karena itu menjadi salah satu sakramen dalam gereja. Peristiwa baptisan menjadi media dimana kita menyatakan iman percaya kita sekaligus bukti kesungguhan kita mengikut dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan. Namun, kesungguhan hati kita untuk menerima jauh lebih penting daripada peristiwa baptisan itu sendiri.

Lalu mengapa seolah-olah sangat mudah sekali mendapatkan keselamatan? Kita keliru bila berpikir keselamatan itu didapatkan dengan mudah. Justru karena sangat sulit sekali hingga tidak ada lagi yang bisa dilakukan manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri sehingga manusia mengalami kebuntuan. 

Maka harapan satu-satunya manusia adalah pertolongan dari pihak Allah, karena hanya Allah sendiri yang dapat menyelamatkan manusia. Itulah mengapa Allah yang bertindak sedangkan manusia hanya bisa menerima saja untuk memperoleh keselamatan. Sekali lagi hanya yang menerima saja yang memperoleh keselamatan.

Kita juga perlu memahami bahwa memang betul perihal selamat dan tidak selamat hanya Tuhan sajalah yang dapat menentukan. Namun, bukan berarti kita sebagai umatnya tidak bisa mengetahui apakah kita sudah selamat atau belum. Karena hidup yang kekal itu ada di dalam Kristus Yesus, barangsiapa percaya kepada Kristus Yesus ia memiliki hidup yang kekal itu (1 Yohanes 1 : 11-13). 

Ketika kita sudah mengetahui kepastian keselamatan diri sendiri kita tidak boleh serta merta melabeli orang antara yang belum selamat dan sudah selamat. Kepastian keselamatan bukan bertujuan untuk menghakimi orang yang belum atau tidak menerima Kristus. Kepastian keselamatan bertujuan supaya ada relasi yang semakin dekat dan intim dengan Allah. 

Kepastian keselamatan seharusnya menjadi pilar kokoh yang dapat dipegang oleh setiap orang percaya. Dimana setiap saat ketika manusia melihat kepastian keselamatannya itu, ada sukacita dan damai sejahtera yang hadir sehingga ia terus menikmati hadirat Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline