Sering kali orang mengkaitkan antara senam, akrobat, dan tari. Banyak dari mereka suka melihat trik-trik akrobat yang membutuhkan kelenturan tubuh ekstrim, misalnya "aerial", "cartwheel", "handstand", "needle", dan masih banyak lagi, yang diintegrasikan dalam sebuah tarian, terutama tarian kontemporer. Bahkan ada beberapa penari terkenal yang juga mengambil kelas senam demi kelenturan tubuh mereka, misalnya Darcey Bussell, Sylvie Guillem, dan Kaylee Quinn.
Usut punya usut, Youtube, khususnya Amerika, menjadi biang keladi tren ini. Di Amerika, ada ratusan bahkan ribuan kompetisi tarian dengan total hadiah masing-masing hingga ratusan juta rupiah. Budaya Amerika "menang dengan segala cara" atau "anda bisa memenangkan apa saja", menuntut seluruh penari yang ikut untuk unjuk kebolehan meliuk-liukkan badan tanpa memperdulikan makna dari tarian tersebut. Hal itu yang membuka celah untuk menampilkan kemampuan akrobatik, yang sayangnya memberikan nilai lebih dibandingkan yang menari dengan hati tanpa trik.
Banyak studio tari yang menyediakan kelas akrobat, entah sebagai bagian dari kurikulum mereka ataupun menggabungkannya dengan rutinitas tari yang mereka buat. Akan tetapi, banyak siswa mereka yang tidak sadar tentang bahaya cedera yang bisa menghantui mereka apabila mereka mencoba melakukan gerakan peregangan dan akrobat yang sulit di rumah.
Michelle Dursun dan para fisioterapis lainnya yang mengangani para penari, memberikan lampu merah terkait hal ini. Gerakan gerakan akrobat seperti back bends dan tumbling, walaupun tampaknya keren, tetapi mengundang resiko cedera, khususnya dislokasi di bagian belakang tubuh. Banyak anak-anak yang mencoba bereksperimen dengan peregangan akrobatik juga merasakan cedera sebagai konsekuensi buruk dari pelatihan akrobatik tanpa supervisi guru yang berpengalaman.
"Ketika aku melihat klip-klip dari Youtube dimana bocah-bocah melakukan backflip dan aerial pada rutin mereka, aku menduga bahwa beberapa tahun yang akan datang tulang belakang mereka bisa patah dan saat dewasa, mereka tidak dapat menari lagi dikarenakan mereka harus memakai kursi roda akibat dari trik akrobat yang pernah mereka lakukan. Anda harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan ketika menari," kata Elizabeth Old.
"Aku sering menilai banyak kontestan penari yang melakukan flipping, menendang wajah mereka, dan melompat dalam beberapa detik. Tetapi banyak dari mereka yang tidak dapat mengartikulasikan kaki mereka dengan benar ketika disuruh melakukan pengembangan kedua. Ketika mereka mempelajari koreografi, mereka pada kesulitan menggabungkan gerakan-gerakan yang asing bagi mereka dan memadukannya dengan mulus. Apakah mereka bisa menari profesional kalau sudah melewatkan dasar-dasar teknik tari yang benar?" kata Paul Malek.
Pada akhirnya menari hanyalah urusan menyampaikan makna melalui gerakan tubuh yang indah. Soal akrobat dan senam, bisa dikesampingkan, asalkan mempunyai teknik dasar tari yang baik dan benar. Tetapi bukan berarti akrobat menjadi wajib. Kalau trik akrobat bisa dimasukkan ke dalam rutin tarian, tetapi dengan dosis yang secukupnya dan asalkan menyatu dengan gerakan yang lain, kenapa tidak?