Lihat ke Halaman Asli

Bagas Kurniawan

Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Tren Fobia Makanan dan Minuman Tinggi Kadar Gula

Diperbarui: 31 Oktober 2024   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi-- fobia gula. (Freepik/benzoix)

Jadi, beberapa hari ini saya berseluncur di dunia maya dan menemukan sebuah fenomena yang menarik untuk dibahas, yaitu fenomena fobia dengan makanan dan minuman tinggi kadar gula. Menurut saya, tren mengenai kesadaran (awareness) mengenai kesehatan bisa dikatakan meningkat semenjak hadirnya pandemi Covid-19 di Indonesia.

Hal ini didukung dengan meningkatnya pengguna sosial media dan membuat orang semakin menyita waktunya untuk berselancar di dunia maya. Oleh karena itu, sebuah kampanye kesehatan dapat merambah ke seluruh kalangan masyarakat dalam waktu yang singkat. 

Termasuk melakukan kampanye jenama (brand campaign) produk "yang lebih sehat" menjadi hal yang cukup seksi karena saat itu hingga sekarang, pasar yang membutuhkan produk tersebut sedang meningkat.

Maka para produsen atau bahkan distributor produk "yang lebih sehat" bisa markup produknya setinggi mungkin demi mendapat keuntungan yang besar, padahal kecenderungannya "produk yang lebih sehat" ini hanya produk yang bisa saja hanya greenwash dan mengurangi sebagian konten di produknya agar terlihat lebih sehat.

Ilustrasi Takut | Sumber gambar: https://ybis.sch.id

Mengapa saya bisa mengatakan demikian? 

Anggap seperti produk minuman yang less atau bahkan zero sugar, produk ini sebenarnya hanya mengurangi atau menghilangkan salah satu komponen utamanya, yaitu gula. Padahal, dengan demikian, produsen bisa mengurangi harga pokok penjualan karena penggunaan bahan baku gulanya sudah dikurangi atau bahkan tidak menggunakan gula sama sekali.

Meskipun, tidak menutup kemungkinan, mereka menggunakan pemanis lainnya seperti stevia, aspartam, atau sukralosa sebagai subtitusi dari gula yang tidak mereka gunakan. Tetapi, menggunakan gula tersebut juga tidak terlalu banyak karena rasa manisnya yang lebih tinggi (200-300x) dari gula sukrosa (gula pasir).

Kapan fobia ini muncul?

Ilustrasi minuman boba | Sumber gambar: Nicholas Ismael Martinez

Mari, saya ingin membahas mengenai fenomena minuman boba gula aren yang marak pada tahun 2015-2019 akhir, ketika minuman kopi gula aren atau boba milk tea ini meraja lela, semua orang hampir tidak khawatir mengenai kandungan gula yang terkandung di dalamnya. Bahkan masih dicampur dengan makanan manis seperti kue atau kudapan manis lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline