Lihat ke Halaman Asli

Bagas Kurniawan

Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Sambal "Busuk" Ini Patut untuk Jadi Warisan Budaya Kuliner Indonesia

Diperbarui: 4 September 2024   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambal Tumpang Koyor | Sumber gambar: Dok. Sajian Sedap via Kompas.com

Sambal Tumpang adalah salah satu hidangan tradisional dari Jawa Tengah, Indonesia, yang sangat populer di daerah Solo dan Kediri. Hidangan ini merupakan jenis sambal (saus pedas) yang dibuat terutama dari tempe yang sudah overfermentasi, yang dikenal dengan sebutan tempe semangit. 

Dalam pembuatannya, tempe semangit dicampur dengan berbagai bahan lain seperti cabai, bawang merah, bawang putih, kencur, dan kadang-kadang santan, sehingga menghasilkan sambal yang kaya rasa, pedas, dan sedikit tajam. Sambal ini biasanya disajikan dengan nasi atau sebagai lauk pendamping.

Tempe Semangit: Tempe Overfermentasi

Tempe semangit adalah tempe yang telah difermentasi lebih lama dari waktu yang biasanya, yaitu sekitar 24 hingga 48 jam. Proses fermentasi yang lebih lama ini mengubah baik rasa maupun tekstur tempe, menjadikannya lebih tajam dengan aroma yang khas dan kuat.

Ciri-ciri tempe yang mengalami fermentasi berlebihan atau overfermentasi ditandai dengan perubahan warna pada tempe yang awalnya putih menjadi cokelat, termasuk kacang kedelainya berubah menjadi cokelat. 

Aromanya sangat kuat, ada sedikit bau amonia dan teksturnya sudah mulai lembek. Selain itu, terkadang agak basah jika disimpan dalam kondisi ruangan yang lembap.

Penjelasan Ilmiah Tentang Overfermentasi

Proses Fermentasi:

Tempe secara tradisional dibuat dengan cara memfermentasi kedelai menggunakan jamur khusus, biasanya Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae

Selama proses fermentasi standar, jamur ini memecah senyawa kompleks dalam kedelai menjadi bentuk yang lebih sederhana, membuatnya lebih mudah dicerna dan menambahkan manfaat nutrisi. 

Namun, dalam tempe semangit, fermentasi dibiarkan berlangsung lebih lama, yang menyebabkan pemecahan protein lebih lanjut menjadi asam amino dan bahkan amonia. Proses ini memperkuat rasa, menghasilkan rasa dan aroma yang lebih tajam dan kuat.

Perubahan Kimia:

  • Degradasi Protein: Selama fermentasi yang lebih lama, aktivitas proteolitik (pemecahan protein) oleh jamur meningkat, menghasilkan asam amino bebas dan peptida kecil. Beberapa senyawa ini, seperti asam glutamat, berkontribusi pada rasa umami, sementara senyawa lainnya menghasilkan karakteristik tajam dari tempe semangit.
  • Oksidasi Lipid: Jika tempe overfermentasi, oksidasi lipid (lemak) juga bisa terjadi, yang dapat menyumbang pada perkembangan rasa yang kurang enak atau tengik. Namun, dalam overfermentasi yang terkontrol, aroma-aroma ini bisa menambah kompleksitas profil rasa, yang dihargai dalam hidangan seperti Sambal Tumpang.
  • Produksi Amonia: Overfermentasi menyebabkan pemecahan asam amino yang menghasilkan amonia, yang bertanggung jawab atas aroma kuat yang khas dari tempe semangit.

Aktivitas Mikroba:

Fermentasi awal tempe didominasi oleh spesies Rhizopus. Namun, selama overfermentasi, mikroba lain seperti bakteri dan ragi mungkin mulai berkembang biak. Mikroorganisme tambahan ini dapat lebih lanjut mengubah rasa dan tekstur tempe.

Aspek Nutrisi:

Tempe yang overfermentasi masih mempertahankan sebagian besar nilai nutrisinya, termasuk kandungan protein tinggi dan senyawa bermanfaat seperti isoflavon. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline