Waktu itu, saya sedang melakukan perjalanan dinas ke perusahaan pengolahan hewan laut di daerah Gresik untuk melakukan inspeksi udang beku sebelum melakukan ekspor ke luar negeri. Perjalanan dinas saat itu merupakan pengalaman pertama saya, melakukan perjalanan jarak jauh dan kebetulan untuk urusan pekerjaan.
Saat melakukan perjalanan dinas tersebut, yang terbesit pertama kali di kepala saya itu bukan "Udang dalam bentuk apa yang akan saya inspeksi ?" atau "Berapa banyak udang yang harus saya inspeksi dan berapa banyak sampelnya?". Satu hal yang terbesit di pikiran saya saat itu adalah "Gresik, di sana ada makanan tradisional apa ya?"
Setelah saya selesai melakukan inspeksi dan berbincang dengan pegawai di perusahaan itu, akhirnya saya mendapatkan informasi bahwa ada salah satu makanan tradisional di Gresik, namanya Pudak.
Nama itu terdengar asing bagi saya dan maaf terkadang saya suka pelesetkan seperti "Kepala, pudak, lutut, kaki, lutut, kaki". Saya terkadang tertawa sendiri ketika mempelesetkan nama makanan itu. Siapa sangka, nama itu terus saya ingat dan akhirnya saat perjalanan pulang, saya minta izin ke supir perusahaan untuk menepi karena saya ingin membeli Pudak.
Pudak yang saya beli waktu itu masih hangat dan aromanya legit. Makanan itu dibungkus dengan daun aren kemudian diikat dengan tali rafia dan modelnya digantung (direnceng) seperti menjual kopi saset.
Saya tanya kepada pedagangnya waktu itu dan dia mengatakan bahwa ada dua rasa, yaitu original dan juga rasa pandan. Saya tertarik dan membeli kedua rasa itu. Saya lupa berapa harganya waktu itu, tetapi menurut saya itu sepadan dengan rasa dan aromanya yang nikmat. Kalau tidak salah ingat, satu renceng itu isi 5, saya beli 3 renceng (2 original, 1 pandan)
Nah, sesampainya di hotel, saya buka masing-masing rasa, jadi saya mencoba yang original dan juga yang pandan. Seperti yang saya sampaikan tadi, bahwa rasanya sangat nikmat. Masih hangat, cocok sekali untuk dinikmati waktu lelah, ditemani dengan kopi atau teh.
Pudak, adalah makanan tradisional yang berasal dari Gresik. Pudak ini sendiri dibuat dari campuran tepung beras ketan, santan, gula pasir, dan gula merah. Adonannya dimasukkan ke dalam pelepah aren yang bagian bawahnya dijahit, sehingga menyerupai seperti kantong. Setelah itu, bagian atasnya ditutup dengan tali rafia dan siap dikukus hingga matang.
Berbicara soal tekstur, Pudak ini seperti menikmati kue Bugis. Teksturnya sedikit lengket, seperti makan kue mochi. Cuma bedanya Pudak tidak diisi gula merah dan parutan kelapa atau kacang tanah seperti kue mochi.
Saat saya mengonsumi makanan tradisional seperti halnya Pudak, saya menjadi merenung. Negara kita ini memiliki beragam suku dan setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri. Contohnya di pulau Sumatera, terdapat beberapa makanan khas seperti rendang, pempek, sate padang, arsik ikan, dan sebagainya. Kemudian di pulau Jawa, ada Laksa, Rawon, Soto Lamongan, Soto Banjar, dan sebagainya.