Intermezo
Pernahkah kamu melihat sebuah meme yang menunjukkan adanya dua pil berisi kekuatan super dan kamu harus memilih salah satu pil tersebut untuk mendapatkan kekuatan super? Bayangkan kalau memang itu terjadi, akan seperti apa dunia ini? Apakah kamu ingin menjadi superhero Marvel atau DC? Sungguh hebat dan menarik, tentu jangan lupakan berapa banyak kerusakan fasilitas umum yang terjadi ketika harus melawan musuh. Hanya bercanda.
Oke, dari intermezo singkat di atas, pasti kalian pernah melihatnya, dan menyadari bahwa di dunia nyata, banyak sekali suplemen makanan atau vitamin yang dibentuk dalam kemasan kapsul agar mudah dikonsumsi dan dibawa ke mmana-mana. Tujuannya agar kita mendapatkan asupan nutrisi dan vitamin supaya dapat beraktivitas dengan fit. Tapi pernahkah kamu berpikir bahwa apakah mungkin kita bisa membuat sebuah pil yang sekali minum langsung kenyang atau nutrisi kita tercukupi? Atau pil dengan ukuran besar yang pas ketika kita kasih air kemudian berubah menjadi a whole portion of meal?
Inovasi Teknologi Mempengaruhi Banyak Hal
Saya rasa, hal itu mungkin saja bisa terjadi karena inovasi teknologi selalu berkembang, Perkembangan teknologi tersebut berdampak pada sektor industri lainnya seperti pada industri makanan minuman, farmasi, dan kedokteran. Dalam artikel ini, saya hanya akan membahas dampak inovasi teknologi terhadap sektor industri makanan-minuman. Sebagai contoh inovasinya, apakah kalian pernah mendengar gastronomi molekuler? Jika belum, gastronomi molekuler adalah sebuah cabang ilmu sains yang berfokus pada proses pembautan makanan atau minuman dengan memperhatikan dan memodifikasi struktur fisikokimianya. Efek dari ilmu gastronomi molekuler ini berdampak pada keberagaman makanan yang kita nikmati dan terlihat tidak seperti biasanya.
Gastronomi molekuler: Seperti apa contohnya?
Kalau kamu pernah menemukan pasta tagliatelle, ravioli, atau spaghetti transparan pada suatu postingan makanan atau di sebuah restoran, maka kamu sedang melihat sajian makanan dengan teknik gastronomi molekuler. Contoh lainnya, kita bisa membuat telur ikan imitasi dengan bahan dasar buah-buahan dan juga agar-agar. Caranya dengan menggunakan teknik spherification yaitu dengan mencampurkan natrium alginat ke dalam jus buah (contohnya mangga) dan meneteskan jus tersebut menggunakan pipet ke dalam larutan berisi kalsium. Reaksi antara alginat dan kalsium akan membentuk matriks kulit luar yang padat, sehingga terlihat seperti telur ikan (faux caviar).
Gastronomi molekuler untuk masa depan
Meskipun demikian, inovasi tersebut dapat diaplikasikan pada setiap jenis minuman atau makanan yang bersifat cair dan memenuhi syarat mengandung kalsium atau natrium, sehingga bisa membentuk "sphere". Nah, sudah dapat dibayangkan dari teknologi ini, kita dapat membayangkan bahwa di masa depan, bisa saja metode spherification ini dapat dikembangkan untuk makanan yang siap dikonsumsi tapi berbentuk cairan atau bisa dimodifikasi dalam bentuk bubuk dan tinggal dilarutkan di dalam air hangat. Dalam imajinasi yang ingin saya bagikan kepada kalian, bayangkan apabila ada satu set whole meal yang kemudian diblender seperti dijus, kemudian makanan tersebut disaring dan kita mendapatkan sari pati dari makanan tersebut, selanjutnya sari pati tersebut dibuat seperti caviar dengan metode spherification, dan dihidangkan untuk orang yang sedang membutuhkan nutrisi secara cepat namun sulit untuk makan.
Bukankah itu bisa menjadi sebuah inovasi yang bisa dilakukan ketika dalam kondisi darurat seperti mal-nutrisi, yang membutuhkan nutrisi instan, tapi dengan kondisi khusus seperti sulit mengunyah atau diberikan kepada lansia? Bagaimana menurut kalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H