Lihat ke Halaman Asli

Ayah Kembalilah

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Air mata ku tak pernah berhenti ketika melihat ayah terkulai lemas di tempat tidur. Pandangan ayah pun selalu kosong, seakan banyak sekali yang dipikirkan olehnya. Kondisinya makin hari makin memburuk dan tak punya semangat hidup lagi. Aku merindukan ayahku yang dulu,ia begitu hebat memimpin perusahaan yang ia bangun dari awal.

Hari ini tepat 6 bulan dimana ayah selalu saja dengan posisinya yang termagu dalam diam. Ya 6 bulan yang lalu banyak sekali kejadian yang tak terduga. Ia ditipu oleh rekan bisnisnya yang mengaku hasil investasi akan membuat perusahaan menjadi lebih meningkat. Tapi sayang ayahku terlalu percaya dengan rekanbisnisnya itu.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya kami mengalami kebangkrutan. Jauh sebelum ini kami mengalami bangkrut yang jauh lebih menyedihkan dari sekarang. Saat itu ayah bisa menghadapi dan membangun semuanya dari awal. Mengapa sekarang ayah tidak bisa melakukannya?

Jelas saja dikala itu ibu masih ada. Ibu yang selalu setia mendampingi ayah dalam keadaan susah ataupun senang. Ibu selalu menyamangati dan membantu ayah. Mungkin ayah merasa kehilangan sosok ibuyang selalu setia kepadanya.

“Ayah, dengarkan aku yah. Aku ingin ayah bangkit seperti dulu. Masih ada aku yang setia menemanimu, masih ada aku yang setia menjagamu, aku aka menyemangati ayah seperti ibu dulu.Kita bisa menghadapi semua ini dan kita bisa memulai semua dari awal lagi. Ayah harus sembuh, kalau ayah sembuh kita bisa membalas perlakuan rekan bisnis ayah itu.”, tangisku.

Ayah tak menjawab, ya ayah selalu saja diam dan tak pernah menghiraukan apa yang aku bicarakan. Pandangan ayah masih saja kosong dan pikirannya masih saja terpaku sama semua masalah itu.Aku tak tau apa yang harus aku lakukan lagi. Segala upaya telah kulakukan tapi semua itu tak pernah membuat ayah bangkit.

“Tuhan, aku tau masalah yang dihadapi oleh ayah sungguh berat. Tapi tak bisakah engkau membuat ayahku sadar bahwa ia masih bisa menjalani hidup meskipun dengan keadaan kami yang seperti ini?”, doaku.

doa yang dapat aku panjatkan dan aku berharap ayah dapat kembali seperti sedia kala. Penderitaan yang ku rasakan sebenernya bukan karena kami jatuh miskin. Tapi keadaan ayah yang seperti ini membuatku semakin bersedih.


mohon maaf jika masih ada kekurangan, manusia tidak luput dari kesalahannya :D

Salam UG

Nama : Bhaskara Rindra Cipta

Kelas : 1IA15

NPM : 51412446

Tema : Manusia Dan penderitaan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline