Lihat ke Halaman Asli

Tren Kualitas Hidup yang Menurun

Diperbarui: 17 Januari 2017   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : pigazette.com

  | Terjun Bebas |

Zaman terus berkembang. Ada yang rela tertinggal, ada yang berusaha mengikuti. Mereka, yang rela tertinggal oleh zaman, benar-benar telah bersyukur dengan apa yang ada dan enggan berevolusi. Bagaikan permainan super mario bross, setiap melewati rintangan yang ada, permainan akan bertambah susah karena level telah naik. Mereka, yang berusaha untuk terus mengikuti zaman yang terus berubah, mempersiapkan banyak ‘senjata’ agar tidak kalah.

Mereka terus bertumbuh, seperti zamannya. Mengikuti banyak kursus, mengikuti banyak seminar self development, serta mengkuti perkembangan berita yang ada, dilakukan guna memperkuat kualitas diri. Mereka, yang memiliki tren kualitas hidup ‘terjun bebas’ alias menurun, akan pasti tertimpa dengan mereka yang terus berbenah diri. Inilah tuntutan zaman. Tren kualitas hidup yang menurun, sepertinya itu yang baru-baru disadari oleh penulis.

| Pilihan |

Pada saat mengantri untuk membayar belanjaan di sebuah minimarket, saya melihat seorang kakek-kakek yang ingin mengisi pulsa. Seperti di kebanyakan minimarket, disediakan sebuah mesin khusus untuk membayar berbagai macam pelayanan, termasuk pengisian pulsa dengan cara input nomor telepon dan nominal pulsa yang diinginkan. Kakek ini tidak masuk ke dalam barisan antrian, ia hanya menunggu di depan mesin pengisian pulsa dan bertujuan menunggu antrian usai untuk langsung dilayani oleh petugas minimarket. Seperti yang saya kira, beliau tidak paham cara pengoperasian mesin. Terlihat dengan jelas tangannya yang memegang kertas, yang saya yakin berisi nomor telepon yang hendak diisi pulsanya. 

Saya, yang berada di barisan antrian paling belakang, sebenarnya sangat bisa membantu si kakek untuk pengoperasian mesin. Tetapi, pada akhirnya saya memilih untuk tidak membantu beliau, dan tetap mengantri. Setelah keluar dari minimarket, saya melihat si kakek dilayani oleh sang petugas. Saya pun berjalan pulang kerumah sambil menyesali keengganan untuk rela membantu beliau. “Ini masalah kecil, mudah. Kok gak mau bantu??”, begitu pikir saya. Saya sadar, ini hanya masalah pilihan mau tidaknya. Ya, saya lebih memilih untuk cuek dan tidak meladeni orang yang membutuhkan bantuan.

| OmDo |

Membicarakan sekaligus mengejek masalah orang lain juga termasuk hobi saya. Rutinistas. Saya terus mencela perbuatan orang lain dengan mengatakan, ”Mereka harusnya begini, begitu”. Ada semacam kebanggan yang dirasakan setiap membicarakan orang lain. Saya merasa seperti pengacara terbaik ketika mengomentari orang lain dan menjadi pengacara pengganguran saat meyangkut masalah sendiri. Yang saya lakukan hanyalah menggerakkan otot bibir tanpa menggerakkan otot lain. Yang saya lakukan hanyalah mengeluarkan celaan tanpa solusi di dalamnya. Saya pernah mencela setelah membaca berita para waria yang membagikan kondom di Semarang pada saat hari HIV/AIDS sedunia. Menurut saya, perbuatan mereka hanya ajang pengakuan eksistensi diri. Mungkin inilah alasan mengapa kata OmDo (Omong Doang) ada dunia ini. Ya, untuk saya.

| Budak |

Jika saya harus menyebutkan satu hal yang tidak ingin saya lepas, jawabannya adalah smartphone. Jawaban yang sama juga akan saya katakan, ketika harus menyebutkan sahabat terbaik saya. Waktu yang seharusnya digunakan untuk bersosialisasi dengan teman-teman, digunakan untuk mengotak-atik sang ‘sahabat’. Saya seperti hadir ditengah masayarakat, tapi di saat yang sama, orang tidak merasakan kehadiran saya. 

Waktu yang seharusnya dihabiskan sebagai family time, saya habiskan untuk melihat jari yang terus berdansa di atas telepon pintar. Tidak ada hari tanpa smartphone. Sudah ditengah perjalanan dan baru menyadari kalau sang ‘teman’ tertinggal, langsung putar balik untuk menjemputnya. Sepertinya saya lebih menghargai alat ini daripada yang lain dan terus-menerus menjadi budaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline