Terik matahari di bawah khatulistiwa membakar kulitku, aku tidak bisa menyangkal bahwa aku lelah jika harus bekerja dengan panas seperti ini, tetapi orang tuaku jelas tidak akan peduli terhadap hal-hal seperti itu.
"aku lelah" ucapku pada ayah dan ibuku.
Ayahku melirik tajam dan kemudian kembali menugal (menanam padi), dengan lirikan seperti itu jelas aku tidak bisa lagi membantah.
Dari kejauhan terlihat asap tebal dan kobaran api yang melahap rumput kering, aku mengamati dari kejauhan dan terus memperhatikan. Kemudian ayahku batuk sebentar seolah menyuruhku melanjutkan pembenihan padi, aku melanjutkan pekerjaan itu.
Tidak lama di pinggir ladang kami lewat empat orang menggunakan jaket kulit berwarna hitam yang melihat ke arah kami.
"siapa?" tanyaku pada ibu
"tidak tahu" jawab ibu
Ayah berhenti menugal lalu mengamati ke arah empat orang tadi.
Orang-orang tersebut menuju pada asap pembakaran lahan di ladang milik om Nara, dia orang kampungku yang juga cukup dikenal baik oleh ayahku.
"kalian tunggu di sini" ucap ayahku yang kemudian meninggalkan pekerjaannya