Lihat ke Halaman Asli

Bagas Alfie Maulana Fatih

Mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB University

Tradisi Kenduri Selan di Desa Sragi, Ponorogo

Diperbarui: 12 Agustus 2022   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesi makan bersama Tradisi Kenduri Selan (dok. Karang Taruna Desa Sragi) 

Masyarakat Jawa identik dengan masyarakat yang lekat dengan nilai-nilai tradisional yang dijadikan pedoman dalam hidup. Nilai-nilai tersebut diturunkan dari leluhur hingga sampai pada keturunannya yang ada sekarang. Hal tersebut dimanifestasikan dalam bentuk budaya, salah satunya merupakan tradisi perayaan atau seremonial untuk memperingati momen-momen tertentu. Kerap kali perayaan tersebut memiliki makna simbolis dan berpadu dengan nilai kepercayaan dan agama. 

Ponorogo merupakan salah satu daerah yang kental akan tradisi dan kebudayaan. Terletak di wilayah Provinsi Jawa Timur, Ponorogo menyimpan sejumlah tradisi menarik yang kental dengan nilai-nilai kebudayaan. Reog Ponorogo merupakan tradisi yang paling terkenal dari Ponorogo, tak heran jika dijuluki Kota Reog atau Bumi Reog. Namun, disamping tradisi Reog, Masyarakat Ponorogo memiliki sejumlah tradisi yang menarik dan sarat akan makna dan nilai kebudayaan. Salah satu tradisi tersebut yaitu tradisi Kenduri Selan yang dilaksanakan di Desa Sragi, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. 

Kenduri pada dasarnya merupakan bentuk upacara adat dengan berkumpul bersama untuk memanjatkan doa kepada yang maha kuasa memohon keselamatan serta terkabulnya keinginan. Kenduri kerap kali dilaksanakan dalam bentuk makan bersama dan diiringi dengan doa-doa untuk memohon berkah dan keselamatan masyarakat yang melaksanakannya. Sedangkan, Selan merupakan upacara adat Jawa yang disebut juga sebagai bersih desa. Tradisi ini umum dilaksanakan di berbagai daerah  dengan Suku Jawa tak terkecuali di Desa Sragi. 

Bapak Kateni selaku Kepala Desa Sragi menuturkan bahwa tradisi Kenduri Selan ini memiliki makna untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. serta memohon keselamatan kepada-Nya. Oleh karena itu, dalam tradisi ini juga disisipkan dengan pembacaan doa-doa. Umumnya doa-doa yang dipanjatkan dilakukan dengan mengikuti Syariat Islam. 

Tradisi ini dimulai dengan pawai obor yang mengiringi pembawaan gunungan dari Balai Desa Sragi menuju Pelataran Jambu Kamplok yang merupakan tempat yang disakralkan di Desa Sragi. Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian acara lainnya seperti sambutan tokoh masyarakat, pembacaan doa, dan makan bersama atau kenduri. Setelah itu ada satu sesi yang sangat menarik dari tradisi ini, yaitu peserta akan rebutan makanan yang telah disusun menjadi gunungan. Kemudian, acara diakhiri oleh kumpul bersama yang diiringi oleh lantunan lagu-lagu yang dibawakan oleh sinden. Pada acara ini, masyarakat yang hadir mengenakan baju hitam. Adapun panitia acara dan perangkat desa yang merupakan lelaki mengenakan baju warok khas daerah Ponorogo dan menambah kental unsur budaya dari acara ini.

Sinden mengiringi Tradisi Kenduri Selan (dok. Karang Taruna Desa Sragi)

Bagaimana, menarik sekali bukan tradisi Kenduri Selan di Desa Sragi ini? Tradisi ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang diberikan oleh tuhan. Jika kamu sedang berada di Ponorogo, jangan lupa untuk mengunjungi Desa Sragi ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline