Lihat ke Halaman Asli

Bondan

Mahasiswa

peran pemimpin dalam membangun bisnis syriah yang beretika

Diperbarui: 21 Desember 2024   00:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Pemimpin memiliki peran sentral dalam membangun bisnis yang sesuai dengan prinsip syariah. Tugas mereka bukan hanya memastikan bisnis berjalan lancar, tetapi juga menghindari pelanggaran seperti gharar (ketidakpastian), riba (bunga), dan ihtikar (penimbunan barang). Dalam bisnis syariah, pemimpin bertindak sebagai pengarah, pengawas, dan teladan bagi seluruh karyawan.

Dalam mencegah praktik gharar dan riba, pemimpin harus menetapkan kebijakan yang jelas untuk memastikan transparansi dalam setiap transaksi. Misalnya, memastikan kondisi barang yang dijual jelas dan menghindari transaksi yang berbasis bunga tinggi. Selain itu, pemimpin juga perlu mengedukasi masyarakat dan karyawan tentang bahaya praktik ini serta memberikan contoh nyata dengan tidak terlibat dalam transaksi yang melanggar prinsip syariah.

Pemimpin juga memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip Islam. Mereka harus memastikan kebijakan investasi perusahaan hanya mengarah pada sektor-sektor yang halal dan bermanfaat, seperti pendidikan dan pertanian. Dengan adanya pengawasan ketat, misalnya melalui audit internal, pemimpin dapat meminimalisir pelanggaran dalam sistem keuangan.

Di sisi lain, menciptakan lingkungan kerja yang beretika juga menjadi prioritas. Pemimpin perlu memastikan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial diterapkan dalam keseharian. Contohnya, memberikan upah yang layak, menyediakan fasilitas ibadah, dan melibatkan karyawan dalam kegiatan spiritual seperti kajian Islam. Lingkungan kerja yang beretika akan menciptakan suasana kerja yang nyaman sekaligus membawa keberkahan bagi perusahaan.

Musyawarah (syura) juga menjadi aspek penting dalam kepemimpinan bisnis syariah. Pemimpin yang bijak selalu melibatkan timnya dalam pengambilan keputusan. Dengan mengadakan diskusi dan mendengarkan berbagai pandangan, keputusan yang diambil akan lebih berkualitas, inklusif, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Praktik ihtikar atau penimbunan barang, yang dilarang dalam Islam, juga menjadi perhatian utama. Pemimpin harus mengawasi pasokan barang agar tidak terjadi kelangkaan. Ketika permintaan meningkat, barang harus segera didistribusikan dengan harga wajar, bukan malah ditahan untuk memperoleh keuntungan besar.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, pemimpin berperan menciptakan bisnis yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Lebih dari sekadar meraih keuntungan, bisnis yang dipimpin dengan prinsip syariah membawa manfaat luas bagi masyarakat sekaligus mendatangkan keberkahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline