Lihat ke Halaman Asli

Target-target Ekonomi Jokowi Justru Terhambat Darmin dan SMI

Diperbarui: 12 April 2017   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Presiden Jokowi sebenarnya mempunyai optimisme dan semangat yang begitu tinggi dalam memacu keadilan, pemerataan dan pertumbuhan ekonomi yang terbingkai melalui agenda program Nawacita.

Wajar jika Presiden Jokowi menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2017 ini saja harus bisa mencapai 5,6%, jauh dibawah hitung-hitungan SMI yang cuma menargetkan 5,1%. Walaupun semestinya malu dengan Vietnam yang menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,5% sampai 7,5% di tahun 2017 ini.

Darmin dan SMI terlihat stres bin linglung dalam mewujudkan target-target ekonomi presiden Jokowi. Akibatnya kesempatan demi kesempatan yang mestinya dapat mencapai target presiden Jokowi pun terhambat dan terlewatkan.

Ketidakmampuan Darmin dan SMI yang berujung gagalnya target-target ekonomi Jokowi sebenarnya bukanlah sesuatu yang mengagetkan, pasalnya kemampuan Darmin dan SMI memang jauh dari prestasi dan miskin ciptakan inovasi dan terobosan.

Contoh ketidakmampuan Darmin untuk wujudkan target-target presiden Jokowi yang berujung stres terlihat dari ungkapan Darmin yang dilampiaskan melalui ketidakpahamannya akan Revolusi Mental Jokowi beberapa waktu yang lalu. Pun demikian SMI yang sering menutupi ketidakmampuannya itu dengan memberikan retorika dan mimpi-mimpi yang sangat bertolak belakang dengan langkah-langkahnya selama ini.

Berbagai paket kebijakan ekonomi yang digulirkan Darmin Nasution pun faktanya tidak berhasil kecuali paket kebijakan Revaluasi Aset, sementara kebijakan terobosan Tax Amnesty walaupun meleset dari target namun sedikit dapat menyelamatkan muka SMI, itu pun sebenarnya bukan atas inisiasi SMI, melainkan inisiasi menteri keuangan sebelumnya yakni Bambang Brodjonegoro. Inisiasi SMI adalah Pemangkasan anggaran belanja kementerian dan lembaga (KL) serta transfer daerah yang sejatinya kebijakan tersebut justru kebijakan kontraproduktif dengan capaian target yang di inginkan Presiden Jokowi.

Melihat angka pengangguran yang masih tinggi, ketimpangan yang semakin melebar, daya beli masyarakat yang melemah, industri yang melambat, tak ada inovasi apapun untuk memacu pertumbuhan, dsb. Wajar jika beberapa hari belakangan ini Presiden Jokowi terlihat semakin gusar dan galau melihat ketidakmampuan tim ekonominya tersebut, Sampai sampai agenda pertemuan IMF dan Bank Dunia yang lazimnya di pimpin tim ekonomipun akhirnya dipercayakan ke menko Maritim, Luhut Binsar Pandjaitan yang konon kabarnya juga kurang begitu memahami persoalan tersebut.

Publik sebenarnya sudah sangat paham, bahwa masuknya Darmin dan SMI di dalam kabinet pemerintahan Jokowi bakal tak mampu berbuat apa-apa. SMI yang pernah mendapatkan berbagai penghargaan internasional seperti menteri keuangan terbaik asia, wanita berpengaruh di dunia, dsb. Sebenarnya hanyalah pepesan kosong belaka bagi kebangkitan Republik ini, di era 2004 – 2010 ketika SMI menjadi bagian tim ekonomi waktu itu justru tidak melakukan apa-apa selain hanya menguntungkan korporasi-korporasi internasional dan para bankir, utangpun meningkat tanpa alokasi yang berkualitas.

Santer bakal adanya Rhesuffle Kabinet jilid III yang utamanya membidik jajaran tim ekonomi yang terbukti gagal dan tak ada daya gebrak selama ini, seperti Darmin dan SMI menjadi kabar gembira tersendiri bagi publik luas negeri ini. Semua mengamini tim ekonomi Jokowi haruslah di isi sosok-sosok yang betul-betul handal dan solutif soal-soal ekonomi agar capaian dan target-target pertumbuhan, keadilan dan pemerataan ekonomi presiden Jokowi dapat segera terwujud sejalan dengan spirit Tri Sakti dan Agenda Nawacita.

Dibutuhkan tim ekonomi yang paham masalah, solutif, inovatif dan banyak terobosan-terobosan yang dilakukan. Tim ekonomi Jokowi kedepan juga harus berani berpikir dan bertindak “Out Of The Box” meminjam istilah ekonom handal Dr. Rizal Ramli, atau istilah presiden Jokowi sendiri dengan “Berani mendobrak Pakem”, bukan cara-cara konservatif atau bahkan cara-cara yang hanya menuruti kemauan lembaga-lembaga pemberi utang dunia seperti IMF dan World Bank.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline