Di sebuah gubuk tengah sawah ada empat perjaka bercengkerama. Mereka membahas cerita Ki Kamto dan Ki Wabar tentang bagimana wujud ikan di lautan. Ki Kamto menceritakan bahwa ikan di lautan itu bentuknya kecil dan warnanya cerah. Namun sebaliknya dengan Ki Wabar yang menceritakan bahwa ikan di lautan itu besar bentuknya dan gelap warnanya. Maka masing-masing mengemukakan lebih lanjut tentang cerita ikan laut antara Ki Kamto dan Ki Wabar.
Perjaka pertama yang memakai baju warna coklat dengan duduk bersila membuka cerita “Ki Kamto itu selama tiga purnama menjelajahi luasnya lima lautan itu dengan menggunakan perahu. Beliau menjaring setiap ikan yang ditemui kemudian memasukkannya ke dalam peti pengawetan. Setelah Ki Kamto mendapati ikan lautan, Ki Kamto melanjutkan lagi pencariannya dan menemukan ikan serupa. Beliau melakukan itu hingga tiga purnama berganti. Aku adalah salah satu anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaga ikan-ikan tersebut.”
Perjaka kedua menanggapi cerita murid Ki Kamto tersebut. Dengan menggeser posisi blangkon ke tengah kening, ia bertutur “Ki Wabar menjelajahi dalamnya lautan. Iya, lautan dalam. Awalnya Ki Wabar menemukan ikan seperti yang diceritakan Ki Kamto. Lalu Ki Wabar ingin mencari tahu lebih dalam apa benar seperti itu ikan laut. Maka beliau menyelam ke dalam lautan kemudian menemukan ikan-ikan yang besar. Ikan-ikan tersebut lalu diburu dan diawetkan ke dalam perahu. Ada peti khusus untuk pengawetan terebut. Beliau melakukan itu juga selama tiga kali purnama dan aku yang mendampingi beliau selama itu.”
Sesaat setelah cerita perjaka kedua, perjaka ketiga yang berada di tengah mereka berdua beberapa kali mengangguk dan menyimpulkan cerita mereka berdua “Jadi, Ki Kamto percaya bahwa ikan yang ada di lautan itu ada banyak di permukaan. Karena banyaknya ikan di permukaan, maka beliau percaya bahwa apa yang ditemukannya sudah mewakili ikan-ikan di lautan. Ki Kamto telah menjelajahi permukaan lautan luas hingga tiga purnama. Sedangkan Ki Wabar berbeda, beliau percaya bahwa ikan laut itu bisa berenang hingga ke lautan dalam. Lalu Ki Wabar menjelajahi hingga ke dalam lautan. Ki Wabar belum sepenuhnya percaya bahwa ikan-ikan di laut itu bentuknya hanya kecil. Bahkan bisa saja bentuk ikan laut itu lebih besar lagi dari yang ia temukan selama tiga purnama pula. Jadi Ki Kamto menjelajahi permukaan lautan luas, sedangkan Ki Wabar menjelajahi lautan dalam. Iya, luas dan dalam itu berbeda” tutup cerita perjaka ini dengan minum air kendi di depannya.
Perjaka keempat yang membawa bekal untuk mereka berempat lalu menambahi “Kabar terbaru, Ki Kamto dan Ki Wabar masih belum puas dengan petualangan laut mereka. Mereka ingin menjelajahi lautan lagi jika pasang surut laut sudah teratur dan bukan musim badai. Jadi bisa saja setelah gerhana bulan ini atau dua gerhana lagi mereka kembali dengan cerita yang lebih menakjubkan tentang ikan. Mungkin saja bukan hanya ikan, makhluk-makhluk laut lainnya bisa mereka ceritakan. Jadi, mari kita sarapan dulu.” Tawarnya sembari membuka bekal sarapan. Kemudian Mereka bertiga menikmati segarnya air kendi dari sumber mata air dan makan sarapan nasi sayur bayam serta ikan goreng. “Kalau ini bukan ikannya Ki Kamto atau Ki Wabar” Celoteh perjaka keempat. “Kok bisa ?” Irama senada dikeluarkan oleh tiga perjaka di hadapannya. Dengan santai ia menjawab “Ya karena ini ikan goreng, bukan ikan laut”. “Hahaha, dasar Paijo !” Tawa lepas serentak meramaikan gubuk di tengah sawah dihiasi hijaunya padi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H