Setiap pagi penulis berangkat mengajar dari rumah jam 6 pagi sekaligus mengantar anak karena satu arah. Dalam perjalanan mengantar anak itu penulis harus melewati perempatan jalan yang ada lampu lalulintasnya, dan berfungsi dengan baik.
Akan tetapi kalau kita tertib lalu lintas di perempatan itu pasti telinga kita pening. Lampu merah seharusnya semua kendaraan berhenti, tapi di lampu mereh ini jangan berharap, kalau kita berhenti pasti di klason angkot yang sedang ngetem (berhenti menunggu penumpang). Seakan-akan kita yang salah.
Ini boleh jadi satu dari sekian banyak pelanggaran yang sering dilakukan para supir angkot dan boleh jadi pengendara yang lain. Peraturan lalu lintas tidak berlaku disini, melanggar menjadi hal yang biasa dan kalau kita taat aturan kita yang kena semprot.
Jangan-jangan ini bukan terjadi pada masalah angkutan saja. Semua lini kehidupan di Negara yang kita cintai ini seperti itu. Para koruptor bak pahlawan yang harus di puji dan di sanjung, sehingga berbagai fasilitas dinikmatinya. Sementara orang-orang yang jujur, mereka terpinggirkan dan suara mereka tidak pernah dianggap.
Bangsa ini sekarang sedang berada pada posisi lampu merah, semua harus berhenti akan tetapi apa yang terjadi, semua bergerak sehingga semua lini macet.
Kasus satu belum selesai timbul kasus yang lain, dan ini seperti lampu merah diatas bukan kejadian yang tiba-tiba tapi justru sengaja diciptakan/disengaja.Wallahu a’lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H