Lihat ke Halaman Asli

Obrolan Johan-Budi, “Terbukti, KPK Tebang Pilih!”

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang hari di kota Industri. Matahari perkasa, udara panas.

Di warung Griyo Solo, samping kantor tempat kerja.

Saat istirahat siang sambil menikmati makan, dua orang sahabat sekantor, Budi dan Johan, berbincang-bincang santai tentang berita yang sedang rame di televisi.

“Bud, kamu percaya nggak kalau KPK tebang pilih menangani kasus korupsi?” tanya Johan santai sambil menyeruput es teh manis.

Budi menjawab Mustahil lah itu Jo.... KPK itukan lembaga “super bod”y. Punya kuasa tak terbatas. Mereka itu komisi negara yang berada di luar cabang kekuasaan eksekutif, legislatif maupun yudikatif.” sambil terus ngunyah Budi menajutkan “KPK Punya kuasa penuh dan independen. Mereka gak takut sama siapapun. Gak mungkin KPK tebang pilih.”

“Kalau aku sih percaya kalo KPK itu tebang pilih” Ujar Johan, masih santai sambil nyolekin lele goreng ke sambal terasi.

Gak Mungkin lah Jo...” Budi berhenti ngunyah. “KPK itukan orang-orangnya super semua, yang punya integritas. Orang-orang pilihan yang gak boleh dan gak pernah salah dan selalu berlaku adil. Untuk jadi pimpinan KPK aja susah nya setengah mati. Pokoknya kagak mungkin KPK Tebang Pilih”.

Johan tetap bergeming “Iya, benar lho Bud, KPK itu Tebang Pilih?”

Gak percaya aku. Lah.. kan si Abraham Samad aja waktu terpilih jadi ketua KPK janji untuk ngebongkar kasus Bank Century yang melibatkan Sri Mulyani ama Boediono” Budi nyerocos.

“Buktinya mana?” sergah Johan.

“Benar sih itu belum terbukti. Tapi aku gak yakin, gak mungkin KPK tebang pilih, itukan pendapat kamu saja.. jangan nyebar issue ah…” Budi masih membela KPK sambil terus menyantap malan siangnya.

Selesai menelan suapan terakhir, meneguk habis es teh manisnya, Johan merapat ke bangku Budi “Kamu masih gak percaya ya? Nih buktinya...“ Sahut Johan sambil nunjukin gadget BB nya ke Budi.

“Ini nih.. penilaian pakar Hukum Tata Negara, Margarito. Menurut Pak Margarito nih, tidak bisa dihindari dan sangat beralasan jika publik menilai bahwa KPK diskriminatif dalam penanganan korupsi. Seharusnya, kata dia, KPK tidak tebang pilih dalam penahanan tersangka kasus korupsi. Menurutnya, siapapun yang sudah ditetapkan sebagai tersangka segera di tahan. Itu baru adil namanya”

“Pak Margarito ini menanyakan, kenapa KPK subjektif dalam menangani kasus korupsi. Apakah karena yang satu dari partai penguasa dan yang satu dari parpol bukan pemerintah” jelas Johan berapi-api.

“Nah semua orang tahu Andi Mallarangeng telah ditetapkan sebagai tersangka kasus suap pembangunan pusat pelatihan dan pendidikan olah raga di Bukit Hambalang, Bogor. Namun, Andi masih bebas berkeliaran”.

“Nazarudin juga dah tegaskan bahwa dana korupsi Hambalang dipakai untuk pemenangan Anas saat pemilihan ketua umum Demokrat”.

“Andi Malarangeng sudah mengaku adiknya menerima uang negara 4 milyar-an”.

Ibas juga sudah disebut menerima uang dari Hambalang. Semua ada buktinya tuh.. tapi gak diapa-apain.”

“Belum lagi kasus BLBI, Century wah banyak Bud...”

“Ah.. itukan cuma satu pengamat sama kamu doang yang bilang.. kurang kuat itu...” protes Budi.

“coba tunjukin kalo ada yang lain...?”

Wah.. ‘ngeyel‘ amat nih orang.. pikir Johan. Sambil terus membuka gadgetnya, Johan melanjutkan.

“Ah kamu ini, lihat lagi nih... ini pendapat pakar hukum pidana Asep Irawan dalam diskusi di Cikini, Sabtu 11 May lalu“.

“Kata pak Iwan nih..Kita sebagai warga negara khawatir ke super seriusan KPK dalam mengusut kasus LHI ini justru melupakan kasus-kasus besar lainnya seperti skandal Bank Century yang menelan keuangan negara sebesar Rp6,7 triliun dan kasus korupsi proyek Hambalang“ Apalagi BLBI ratusan trilyun..wihh serem“.

“Padahal menurut aku sih kerugian negara untuk kasus LHI nol besar. Lah orang yang tertangkap tangan itu Fathonah, kok pak LHI ditahan.“

“Emang kamu mau kalau ada maling yang ketangkap polisi bilang uang itu untuk kamu terus kamu ditahan polisi juga? Ya nggak lah yaw...“

Budi menggurutu .“Masih gak percaya aku Jo. Masak sih KPK seperti itu? Gak masuk akal. Itu cuma issue yang diangkat-angkat orang yang gak suka ama pemberantasan korupsi aja. Rakyat gak akan percaya, yakin aku itu...“

“Rakyat..? Rakyat yang mana Bud“ sergah Johan lagi.

“Justru sebagian besar rakyat juga percaya kalau KPK itu tebang pilih dalam kasus korupsi. “

“KPK gak adil.“

“Buktinya ini nih..., poling yang ada di Metro TV baru-baru ini, ternyata... orang yang percaya KPK tebang pilih dalam menyidik kasus korupsi jauh lebih banyak daripada yang tidak percaya atau tidak tahu.“

“Ini ada 69 persen responden tuh percaya kalau selama ini KPK tebang pilih dalam menyidik kasus korupsi. Sedangkan yang tidak percaya hanya 23 persen. Sisanya, yakni 8 persen, mengaku tidak tahu. Lihat grafiknya nih..“ Jelas Johan sambil menunjukkan grafik survey Metro TV.

Budi bengong sesaat dan akhirnya berujar

Yoo kalau begini ya gak salah lagi.. Saya percaya, Terbukti, KPK telah tebang pilih kasus korupsi

End of J-B part-1.

Salam Kompasiana

Diolah dari berbagai sumber. Mohon maaf jika ada kesamaan nama dan tokoh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline