Pilgub DKI Jakarta tinggal menghitung hari. Strategi mendegradasi elektabilitas petahana melalui berbagai upaya telah dilakukan. Mulai dari isu penistaan agama dengan lebaran kuda hingga upaya mengadu domba AHOK dengan NU. Semua telah gagal. Elektabilitas sang putra mahkota tidak beranjak menggembirakan. Maka tidak ada jalan lain untuk memenangkan AHY adalah memainkan strategi pamungkas.
Melalui cuitan-cuitan Tim AHY seperti Ulil Absar Abdala, Rachlan Nasidik dan lain-lain tidak lagi bicara program tapi melakukan propaganda dengan isu “keamanan”. Hal ini untuk menciptakan ketakutan & keresahan di masyarakat bahwa ada ancaman potensi perpecahan, kerusuhan yang disebabkan oleh seseorang.
Pasca demo mahasiwa yang patut diduga bagian dari drama yang tengah dimainkan oleh SBY, hari Senin, 6 Februari 2017 kita disuguhi cuitan SBY, antara lain :
“Saudara-saudaraku yg mencintai hukum & keadilan, saat ini rumah saya di Kuningan "digrudug" ratusan orang. Mereka berteriak-teriak. *SBY*”
“Kecuali negara sudah berubah, Undang-Undang tak bolehkan unjuk rasa di rumah pribadi. Polisi juga tidak memberitahu saya. *SBY*”
“Kemarin yg saya dengar, di Kompleks Pramuka Cibubur ada provokasi & agitasi thd mahasiswa utk "Tangkap SBY". *SBY*”
“Saya bertanya kpd Bapak Presiden & Kapolri, apakah saya tidak memiliki hak utk tinggal di negeri sendiri,dgn hak asasi yg saya miliki? *SBY*”
“Saya hanya meminta keadilan. Soal keselamatan jiwa saya, sepenuhnya saya serahkan kpd Allah Swt. *SBY*”
SBY adalah seorang Jenderal pernah menjabat Kaster ABRI, mantan presiden yang kini kesehariannya pun masih dikawal oleh Paspampres. Sangat tidak masuk akal jika SBY merasa terancam jiwanya didemo oleh segelintir massa. Jika dicermati dengan seksama, cuitan SBY jelas memiliki tujuan. Bukan semata-mata ‘baper’ & “playing victim”.
Kesengajaan SBY cuitannya ditujukan kepada presiden & kapolri dibuat cermat dengan sengaja nampak “wagu dan konyol” agar menjadi viral di media dan dibicarakan seantero jagad maya serta masyarakat Indonesia.
Kemudian disusul pernyataan-pernyataan Tim sukses AHY, seperti Rachland Nasidik: “Rumah SBY Digeruduk Massa, Demokrat: Di Mana Aparat?, Didik Mukrianto Demokrat: Apa yang Terjadi dengan Kepolisian Kita? Disusul berikutnya muncul di twitter tagar #JokowiKalangKabut.