Lihat ke Halaman Asli

Badiyo

Blogger, Content Creator

Komunitas Sastra Hijau, Lahir untuk Merawat Bumi

Diperbarui: 4 Februari 2019   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

"Sastra Hijau ini adalah panggilan jiwa. Sebenarnya, kalau saya tidak peduli dengan lingkungan, tidak peduli dengan kelestarian bumi, juga tidak apa-apa, tidak ada yang marah kan? Tetapi karena ini panggilan jiwa, maka saya harus berbuat untuk merawat bumi. Bahkan ada juga yang mencemooh, 'Ngapain ibu menulis sastra hijau?' Tetapi ya biarkan saja. Saya tetap melakukan ini."

Begitu kurang lebih sambutan pengantar yang disampaikan oleh Ibu Naning Pranoto dalam membuka diskusi Pelatihan Menulis Sastra Hijau, di Warung Kakan, Jl. Gunung Batu No. 168 Bogor, Minggu, 3 Februari 2019.

Keprihatinan akan kerusakan lingkungan ditambah keprihatinan minimnya kepedulian masyarakat untuk mencegah dan mengatasinya, membuat Ibu Naning Pranoto tergerak hatinya untuk mengadakan Pelatihan Menulis Sastra Hijau. Mbok Noto, demikian beliau sering menyebut dirinya dalam berbagai kesempatan, menceritakan berbagai dampak dari kerusakan lingkungan yang terjadi.

Cuaca ekstrim yang terjadi di berbagai belahan bumi adalah dampak dari kerusakan lingkungan. Seperti yang saat ini terjadi di belahan bumi utara seperti di Amerika Serikat yang mengalami cuaca paling dingin selama dua puluh tahun terakhir. Begitu juga di Indonesia sendiri. Cuaca yang berubah secara drastis dan tidak menentu. Hari ini cuaca terasa begitu panas,namun beberapa jam kemudian hujan dengan begitu derasnya dan keesokan harinya banjir di mana-mana. Semua itu adalah akibat dari kerusakan lingkungan.

dokpri

Dengan mengajak beberapa orang dari berbagai kalangan, Ibu Naning mengadakan Pelatihan Menulis sekaligus membentuk Komunitas Sastra Hijau. Dihadiri oleh kurang lebih 20 orang dari berbagai kalangan yang merasa terpanggil untuk ikut berperan merawat dan melestarikan bumi beserta fungsinya. Mereka antara lain ada yang berprofesi sebagai guru, penulis, sastrawan dan juga siswa SMA. Kegiatan pelatihan menulis hijau dihadiri juga oleh Ibu Yeni Fatmawati dan Ibu Didien Pradoto.

Komunitas Sastra Hijau anggotanya adalah para peserta pelatihan menulis yang hadir saat pelatihan di Warung Kakan, Bogor, Minggu, 3 Februari 2019, ditambah beberapa orang yang sudah terdaftar namun berhalangan hadir.  

Menurut Naning Pranoto, Komunitas Sastra Hijau adalah kumpulan penulis-penulis atau pena yang menulis untuk merawat dan melestarikan eksistensi bumi beserta fungsinya. Selain peserta yang hadir saat pelatihan dan yang sudah terdaftar, Komunitas Sastra Hijau juga terbuka untuk umum. Siapa saja yang merasa terpanggil jiwanya untuk merawat dan melestarikan bumi, bisa bergabung dengan komunitas ini.

Bagaimana cara bergabung dengan Komunitas Sastra Hijau?

Ibu Naning Pranoto mempersilakan untuk  lebih dulu mempelajarinya di website  www.rayakultura.net
Sekretariat Komunitas Sastra Hijau ada dua yaitu Gubug Hijau Rayakultura, di Sentul, Bogor dan Gubug Hijau Raya Kultura, Jl. Raya Bantul KM 5 Yogyakarta.

Bagi yang ingin bergabung dengan Komunitas Sastra Hijau, bisa mengirimkan email ke rayakultura@gmail.com  

Selamat berkarya, mari bergabung dengan kami.

Mencintai Bumi, Langit Meyayangi, Salam Hijau




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline