Lihat ke Halaman Asli

Badiyo

Blogger, Content Creator

Ternyata Benar, Menulis itu Memang Mudah!

Diperbarui: 2 Juli 2015   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sebelumnya saya telah menulis dengan judul Sesungguhnya Menulis itu Sulit. Ada empat tulisan, mulai dari Sesumgguhnya Menulis itu Sulit (1) hingga Sesungguhnya Menulis itu Sulit (4). Aneh memang, ketika banyak orang mengatakan menulis itu mudah, saya malah mengatakan sebaliknya. Bukan berarti saya itu melawan arus. Bukan juga anti mainstream, istilah yang sering digunakan oleh Saep, seorang copet yang sudah meramaikan khasanah percopetan di kota Bandung. Bukan.

Namun saya memang orangnya begitu. Tidak mudah percaya begitu saja apa kata orang. Bukan bermaksud sombong dan tidak menghargai pendapat orang. Namun saya memang sudah terbiasa harus membuktikan dulu baru percaya. Mungkin ini juga tak lepas dari ajaran guru saya ketika SMA dulu. Berbagai teori yang ada di buku pelajaran Fisika, Biologi dan Kimia harus dibuktikan kebenarannya melalui praktikum di ruang Laboratorium sekolah.

Begitu pun dengan teori menulis yang mengatakan bahwa Menulis itu Mudah, Menulis itu Gampang. Saya harus membuktikannya melalui praktik. Dalam praktik, nyatanya saya mengalami kesulitan, mulai dari bingung mau nulis apa, tidak ada ide hingga mandek di tengah jalan alias block writer. Kesulitan-kesulitan itu telah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya, Sesungguhnya Menulis itu Sulit (1) hingga Sesungguhnya Menulis itu Sulit (4).

Setelah menemukan dan mengalami kesulitan dalam menulis, saya berupaya mencari cara untuk mengatasinya. Ada dua hal yang perlu dikuasai agar menulis itu menjadi mudah yakni teori dan praktik. Teori dasar menulis sebenarnya sudah dipelajari sejak SD hingga SMA. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, dulu kita pernah belajar Tata Bahasa. Apa itu kata dasar, kata sambung, kata depan, awalan, akhiran, kata kerja, kata benda, kata sifat dan seterusnya.

Termasuk juga tentang bagaimana menyusun sebuah kalimat dengan SPOK. Kemudian apa itu kalimat langsung, kalimat tak langsung, kalimat majemuk dan sebagainya. Hanya karena sudah lama, kebanyakan kita sudah lupa. Sehingga perlu mengingat-ingat dan membuka-buka buku lagi.

Setelah ingatan kita tentang teori itu telah segar kembali, kini giliran mempraktikkannya. Sekali dua kali mencoba, menulis masih tetap terasa sulit. Bahkan ketika sudah puluhan kali, tetap saja belum merasakan kalau menulis itu mudah. Ketika menulis sudah menjadi kebiasaan dan tak terhitung lagi berapa kali kita menulis, barulah yakin bahwa menulis itu memang benar-benar mudah.

Jadi ternyata benar bahwa menulis itu memang mudah, namun ada syaratnya. Kita harus memelajari teorinya dan kemudian mempraktikanya dengan cara menulis. Menulis tiada henti, setiap hari.

Salam Menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline