Lihat ke Halaman Asli

Banjir, Segampang Inikah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391056792242433898

Ini konsekuensi berada di negara tropis. Banjir, siapa yang nggak mau rumahnya kebanjiran. Dapet santunan dari pemerintah, dapet sumbangan dari banyak pihak. Tak usah bekerja tinggal duduk termenung di tenda menunggu makanan dateng. Mie instan, baju baju sumbangan hingga paket sumbangan dari beberapa swalayan. Wah wah... Nyentrik banget orang Indonesia yang seperti ini ya...

Orang-orang yang berada di wilayah sub tropis beberapa bulan yang lalu telah menghadapi masa-masa yang mengerikan dengan suhu dingin yang teramat extreme. Hingga mencapai minus 40 derajat C. Wah wah... mereka berusaha bertahan karena hampir setiap 5 tahun sekali siklus itu terjadi. Dan persiapan menghadapinya lumayan matang. Tapi di Indonesia? Bencana alam memang dimana-mana mungkin terjadi, yang berada di pesisir bisa kena Tsunami, yang digunung bisa kena tanah longsor, yang didataran rendah kena banjir atau gempa. Hanya tinggal kita terus Tawakal kepada Sang Pencipta dan bersiap untuk hal yang pasti. Mati. Banjir? sejak kecil pun kita sudah sering mendengar istilah ini. Diajarkan untuk tidak buang sampah sembarangan ke sungai, kali selokan agar tidak terjadi banjir. Tapi nyatanya, menjadi kewajiban buat numpukin sampah di pinggir sungai, lama lama ke sungainya juga. Sudah diajarkan pula untuk tidak menebang pohon sembarangan, membuat hutan gundul agar bisa menahan air hujan. Tentunya agar tidak banjir, tapi kenyataannya? Vila-vila berdiri megah diatas bukit dan gunung. Belum lagi lapangan golf dan yang dipake buat jingkrak jingkrak diatas motor trail. Salah siapa? Semua salah, pemerintah salah, masyarakat salah... tapi kalo banjir datang yang salah pertama jelas pemerintah. Siapa lagi yang harus bertanggung jawab. Minimnya pergerakan pemerintah untuk mengatasi banjir sangat dipertanyakan? Uang gedhe-gedhe untuk bantuan para korban banjir, toh semua masyarakat di pelosok negeri pun ikut menyisihkan uang untuk membantu para korban banjir. Nah sekarang mari sejenak berfikir. Banjir ini terjadi setiap tahun. Sejarah sudah membuktikan, gak percaya tahun depan mau ada banjir lagi? Saya yakin banget pasti banjir. Apa yang (seharusnya) di lakukan? Para korban banjir: "Kami akan kembali menunggu bantuan dari pemerintah dan masyarakat" Pemerintah: "Kami akan beri bantuan tanggap terhadap bencana banjir." Masyarakat: "Saya akan menyisihkan shodaqoh (lagi) untuk para korban banjir." Cara gampang menanggulangi Pertama, Pindaah...!!!. ya pindah. Gimana lagi kalo setiap tahun 2 kali atau sekali terjadi banjir di lokasi anda saat ini. Segeralah pindah, hijrah gitu. Dari pada menambah beban pemerintah, dari pada terus mengalami kerugian berkala setiap tahunnya. Mendingan pindah ke lokasi yang lebih aman. Nggak usah bingung bingung tinggal kumpulin semua barang, jual rumah sekarang, beli rumah baru. Pindah deh. Kedua, Ini peran pemerintah. Lakukan reboisasi sebanyak mungkiin, kurangi beban tanah untuk menyimpan air. Kalo perlu buat waduk yang gedhe sekalian untuk mengalirkan kelebihan air bah. Lihat tuh negeri belanda yang nggak banjir walaupun permukaan tanahnya dibawah permukaan air laut. Kembali masalah teknologi dan kecerdasan yah. Saya kira orang-orang indonesia cerdas ko, asal jangan berbelit terus, lakukan dan ambil keputusan. Banyak pilihan, semua keputusan punya resiko. Gregetan baca tulisan ini... mendingan follow @badinesia Semarang, 30 januari 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline