Saya teringat pengalaman dalam berbagi ketika menonton "The Pursuit Of HappYness". Di film ini menceritakan hal yang sangat luar biasa. Yang paling teringat dalam benak saya adalah keistimewaan seorang yang berbagi. Dikala itu terdapat seseorang yang bisa dikatakan sangat miskin sedang mengejar sebuah kebahagiaan. Seseorang yang tidak pernah menempuh jenjang pendidikan tinggi ini jelas sangat kesulitan untuk mencari pekerjaan. Termasuk untuk membiayai kehidupan keluatganya di tengah sulitnya ekonomi perkotaan. Ketika keluatganya mulai berantakan dan dia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, dia mencoba nasibnya di salahsatu perusahaan pialang saham. Ketika sedang sengsara sengsaranya si pria yang hanya memiliki uang 7 dolar itu kebingungan untuk mencari makan dan tempat tinggal selanjutnya.
Pada suatu saat, ketika dia berada di depan perusahaan pialang yang dia lamar muncullah seseorang yang juga pemimpin perusahaan tersebut dari sebuah taksi. Kemudian datang menghampiri Seseorang yang terlanjur miskin tersebut dan meminta uang 5 dolar untuk membayarkan taksinya, karena dompetnya ketinggalan di kantor. Apa yang dia lakukan, memberikan uang yang dia miliki untuk membayarkan taksi bosnya itu. Selama seharian penuh ia dan anaknya tak bisa makan bahkan sempat tidur di toilet stasiun Dan keesokan harinya kebahagiaan itupun muncul dan dia mendapatkan pekerjaan yang ia idam idamkan.
Saya kagum pada orang tersebut mengingatkanku ketika sedang dalam perjalanan pulang kembali ke rumah. Ketika itu saya mampir ke sebuah masjid untuk melaksanakan shalat Asar dan sehabis shalat itu ada seseorang yang minta sedikit rejeki karena dia sedang dalam perjalanan dan ban sepedanya bocor. Saya yang ketika itu baru saja mendapatkan honor dari kerja part time, spontan saja merasa iba dan mengeluarkan uang puluhan ribu dari dalam dompet. Orang itupun menolak karena uangnya terlalu banyak. Dia hanya butuh untuk menambal ban nya yang bocor dan tanpa pikir panjang saya bilang itu rejeki bapak, ambil saja.
Setelah kajadian itu entah kenapa saya menjadi lega, dan tidak berlangsung lama ketika itu saya diangkat sebagai pemegang kendali cabang salah satu perusahaan swasta di daerah tersebut. Subhanalloh, namun karena kini dengan kesibukan menuntut ilmu saya dengan terpaksa melepaskan jabatan tersebut demi masa depan yang lebih cerah lagi.
Semoga apa yang saya alami itu menjadi inspirasi buat para pembaca untuk mau menafkahkan hartanya di jalan yang sudah ditentukan. Katena sesungguhnya 2,5% bagian dari harta kita adalah milik mereka yang membutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H