Lihat ke Halaman Asli

Namira ZahrahR

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Alih-Alih Menjadi Yakin, Ternyata Gen Z Dibuat Labil

Diperbarui: 18 Desember 2023   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua tahu bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat pertamanya untuk calon presiden peserta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 diselenggarakan pada hari selasa kemarin, (12/12/2023). Calon presiden diantaranya yakni nomor urut satu (Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar), nomor urut dua (Prabowo SubiantoGibran Rakabuming Raka), dan nomor urut tiga (Ganjar Pranowo-Mahfud MD). Debat ini berlangsung pada sekitar pukul 19:15. Semua kandidat resmi memasuki ruang debat. Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian dilanjut Jingle Pemilu. Debat perdana Capres kali ini dimoderatori oleh Ardianto Wijaya dan Valeria Daniel. Masyarakat Indonesia harus tentunya mengetahui apa Visi dan Misi dari Pasangan Calon Presiden dan juga Wakil Presiden nanti. Terlebih lagi bahwa nyatanya, pergantian generasi yang terus menerus berjalan setiap tahunnya. Tibalah Generasi Z yang akhirnya sudah mendapat hak nya untuk memilih siapa yang akan dan pantas menduduki jabatan Presiden dan Calon Presiden nantinya. Saya selaku bagian dari Generasi Z harus membuka mata dan membuka telinga selebar mungkin untuk sama – sama mengidentifikasi hal tersebut dengan objektif dan pikiran yang jernih tanpa merendahkan dan merugikan siapapun.

google

VISI DAN MISI 

Setelah itu tanpa basa – basi, Paslon nomor urut 1 yakni Anies Baswedan membuka dengan visi dan misi yang Ia bawa. Menarik. Anies menembak dan merujuk langsung kepada sebuah negara hukum. Dengan analogi yang Ia bawakan bahwa hukum harus tegak. Ia merasa bahwa haruslah ada sebuah perubahan yang signifikan mengenaik penegakkan hukum di Indonesia. Penegakkan tersebut yaitu dengan mengembalikan Marwah dari hukum itu sendiri, tidak tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Menurut pengamatan yang saya cermati, Anies terlihat unggul dalam penyusunan kalimat diantara kandidat yang lain. Dengan retorika yang mudah dimengerti dan masuk akal. Tentu pada debat, mestinya para calon presiden setidaknya memiliki pengetahuan mengenai kebijakan, retorika yang memumpuni, dan mental yang stabil untuk bertahan pada panasnya pertarungan politik yang terjadi. Kita para Gen -Z seharusnya dapat menilai itu. Disusul oleh paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto. Mendapati tentang visi dan misi yang Ia bawa, mengenai bentuk pemerintahan Indonesia, Republik. Bahwa Republik didasarkan atas hukum dan juga kedaulatan. Ia juga dengan gaya bicaranya yang khas, menggunakan komunikasi non verbal yang Ia gunakan, Ia berbicara mengenai korupsi yang harus diberantas sampai ke akar – akarnya. Diakhiri dengan penutup bahwa katanya, pemimpin harus dewasa dan tidaklah perlu saling menghina. Performanya cukup baik untuk awalan. Adapun yang terakhir, paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo. Dimulai dengan menyapa penonton, awal yang baik. Dengan visi misi yang dianggap kurang jelas, Ia mengutarakan dan menceritakan persoalan pengalaman yang Ia alami. Waktu dimakan olehnya. Namun ada beberapa yang dapat disimpulkan yakni mengenai perhatian sebuah kesetaraan, lapangan pekerjaan dan juga akses internet untuk khususnya belajar dan diakhiri dengan pemerintah harus bersih dari korupsi. Setelah penyampaian visi dan misi dari masing – masing, kemudian memasuki segmen berikutnya, yaitu membahas mengenai isu – isu penting yang terjadi pada bangsa ini. Hukum, HAM, Korupsi, Demokrasi dan juga Pemerintahan. Dalam segmen ini, para panels – panelis lah yang diberi tanggung jawab untuk memilih tema yang akan dipertanyakan dan akan dijawab oleh para kandidat. Pada tahun ini, ada 11 Panelis. Mada Sukmajati (Pakar Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada), Rudi Rohi (Pakar Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana), Lita Tyesta ALW (Ahli Hukum Tata Negara Universitas Diponegoro), Khairul Fahmi (Pakar Hukum Universitas Andalas), Agus Riewanto (Pakar Hukum Tata Negara Universitas Sebelas Maret), Susi Dwi Harijanti (Pakar Tata Hukum Negara Universitas Padjadjaran), Bayu Dwi Anggono (Guru Besar Universitas Jember), Ahmad Taufan Damanik (Ketua Komnas HAM 2017-2022), Phil. Al Makin (Guru Besar Studi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga), Gun Gun Heryanto (Pengajar UIN Syarif Hidayatullah), Wawan Mas’udi, (Dekan Fisipol Universitas Gadjah Mada). 

TEMA : HAM 

              Pertanyaan pertama Panelis dengan Tema HAM. Mengenai konflik yang terjadi di Papua. Pertanyaan dijawab langsung oleh Prabowo, Ia menyebutkan separatisme dan menjawab bahwa isu tersebut adanya campur tangan asing dan juga menyebutkan bahwa ada teorisi didalamnya. Pada intinya, HAM harus diutamakan dan harus dilindungi. Melanjutkan kemajuan ekonomi sosial yang sudah diinisiasi oleh Presiden Jokowi. Ganjar diminta untuk menanggapi. Menganggap dan mengangkat poin yang luput disebut. Prabowo menanggapi dan diawali dialog “saya setuju.” Anies pun berargumen soal itu. Isu tentang Papua tidak hanya soal kekerasan. “Damai bukan tiadanya kekerasan, tapi adanya keadilan”. Prabowo menyanggah tanggapannya bahwa benar adanya keadilan, namun itu tidaklah cukup. Harus ada faktor geopolitik dan juga ideologi didalamnya. Tenkokrat. 

TEMA : PENINGKATAN LAYANAN PUBLIK 

              Tema kedua yakni mengenai Pemerintahan yang mempertanyakan soal peningkatan layanan publik. Giliran Ganjar yang menjawab. Jawaban Ganjar begitu mudah dipahami. Ia menjawab bahwa harus adanya partisipasi dari masyakarat itu sendiri. Fokusnya terhadap kelompok rentan, aparatur diminta dapat mengontrol publik juga dengan pemerintahan yang anti kritik. Jawabannya pun diikuti dengan menyebutkan pencapaiannya saat menduduki jabatan gubernur. Anies diminta untuk menanggapi jawaban Ganjar. Anies terlihat fokus untuk ke kelompok marginal juga memberikan pelayanan yang inklusif. Ia juga bertanggapan bahwa harus adanya pelayanan yang transparan dan terukur. Dengan santainya memaparkan salah satu pencapaiannya (Jaki) ketika menjadi gubernur di Jakarta. Prabowo justru sedikit mengcounter jawaban Ganjar dengan menyenggol mengenai layanan publik tentang petani yang juga termasuk kelompok yang rentan di Jawa Tengah, tempat dimana Ganjar menduduki. Ganjar mampu menepisnya dengan pemaparan informasi mengenai kelangkaan pupuk di berbagai provinsi di Indonesia. Terlihat kandidat dan suasana semakin panas. 

TEMA : PENANGANAN DISINFORMASI DAN KERUKUNAN WARGA 

           Mengenai tema lain, penanganan disinformasi dan kerukunan warga, Anies menjawab dengan adanya komunikasi ke semua aspek dan adanya semua jangkauan, kemudian kebebasan berpendapat mengatur tindakan sehingga adanya penegakkan hukum. Dan menhighlight mengenai HOTLINE PARIS atau layanan pengacara gratis. Kedua kandidat lainnya diminta untuk menanggapi jawaban Anies. Namun sayangnya, Prabowo justru malah bertanya dalam menanggapi, mengenai masalah kaum minoritas dalam membuat tempat ibadah namun sulit karena birokrasi. Pertanyaan Prabowo justru menjadi boomerang yang baik untuk Anies. Ia menjawab dengan contoh nyata yang Ia lakukan mengenai penyelesaian perizinan tempat ibadah di Jakarta yang sudah ‘mandeg’ 30 tahun lamanya dan kemudian terealisasikannya pendirian tempat ibadah tersebut. Di sesi ini, kurang lebih nya Ganjar hanya menambahkan poin dengan naratif yang seperti biasa Ia buat, bahwa Pendidikan agama dan Pendidikan budi pekerti dilakukan agar Masyarakat terbiasa dengan perbedaan – perbedaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline