Lihat ke Halaman Asli

Moses Badai

menulis untuk berbagi

Kondisi Lingkungan dalam Budaya Bermain Petasan

Diperbarui: 17 Mei 2021   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Secara wujud bentuk seringkali petasan muncul dalam adegan film animasi salah satunya kerap menjadi bagian dalam serial animasi Kungfu Panda buatan Universal Pictures ini. Petasan atau lebih dikenal dengan nama mercon ini kerap digunakan dalam peristiwa peringatan seperti tahun baru, acara keagamaan, dan acara-acara lainnya yang membubuhkan peristiwa selebrasi dalam serangkaian kegiatannya. Dalam peristiwa -- peristiwa semacam ini petasan kerap kali menjadi penyebab dampak buruk hingga memakan korban jiwa. Salah satunya dari pemberitaan peringatan Idul Fitri tahun ini sudah memakan korban jiwa di dua daerah. Kejadian ini bisa terjadi akibat euforia masyarakat dalam merayakan hingga kurang berhati -- hati dalam menggunakan petasan.

Sehari setelah momen perayaan selesai, sering kali masyarakat menemukan di jalan, lapangan, hingga lingkungan alam yang kotor akibat sampah bekas petasan bertebaran. Kondisi ini sudah menjadi kebiasaan dikarenakan pembiaran ataupun kesengajaan masyarakat tidak terbiasa untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. 

Kebiasaan ini sebenarnya cukup memprihatinkan, disamping masyarakat sudah memiliki kesadaran dalam menjaga lingkungan sekitar tetapi kondisi tertentu hal ini kerap terjadi karena pembiaran secara berkelanjutan. Apabila melihat dari kebijakan pemerintah dan kepala daerah setempat, memang sudah ada masyarakat yang diberi tugas dalam menjaga kebersihan dan sampah di lingkungan sekitar. 

Tapi hal ini rupanya tidak cukup dengan memanfaatkan atau lebih tepatnya menggantungkan kebersihan pada petugas yang sudah ada. Perlunya aksi dari buah kesadaran perseorangan dengan terjun bersama menjaga kebersihan minimal di lingkungan sosial atau tempat tinggal pada kelompok terkecil, contohnya di wilayah tempat tinggal tiap masyarakat.

Kertas sebagai salah satu bahan dasar pada petasan dihasilkan dari pohon yang seharusnya menjadi bagian dalam penopang paru -- paru dunia. 

Daripada membuang atau membakar (dimana masyarakat kerap melakukan dalam wujud memusnahkan sampah disekitarnya dengan cara membakar) kertas bekas bahan petasan di sekitar kita, kertas ini bisa dikumpulkan secara bersamaan lalu dilakukan daur ulang dengan cara yang sebenarnya sudah cukup sederhana disosialisasikan oleh pihak atau pun aktivis peduli lingkungan. Apabila masyarakat sudah lupa step dalam proses daur ulang, rasanya memanfaatkan platform digital saat ini juga tidak sedikit yang menyajikan program dalam step daur ulang khususnya berbahan dasar kertas.

Kalau memang pada akhirnya masyarakat masih tetap melakukan pembiaran seperti ini, kertas bekas yang menjadi sampah nantinya akan hanyut dengan sendirinya masuk ke aliran pembuangan air dan menyebabkan masalah berikutnya. Dimana pada masalah ini masyarakat mengenal dengan kata penyumbatan berakibat banjir di beberapa daerah.

Banjir juga tidak semata -- mata terjadi karena debit air meningkat saat musim hujan saja, tapi juga dikarenakan kebiasaan serta pembiaran masyarakat saat membuang sampah sembarangan dan mengakibatkan penyumbatan di sejumlah aliran air. Masalah ini juga menjadi penyebab serius dalam bencana banjir di Indonesia. 

Penerapan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya yang dibaisakan pada kelompok usia anak-anak sudah tidak bisa menjadi sarana pencegahan sampah khususnya sampah kertas saat ini. Setiap orang bisa langsung mensosialisasikan kepada siapapun cara daur ulang paling sederhana agar lingkungan di Indonesia bisa tetap saling menguntungkan kedua belah pihak (masyarakat dan lingkungan itu sendiri) hingga beberapa generasi yang akan datang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline