Lihat ke Halaman Asli

Bachtiar Adnan Kusuma

Tokoh Nasional Literasi dan Penerima Penghargaan Tertinggi NJDP Perpusnas RI

Bercermin pada Bangsa yang Gemar Membaca, Jepang

Diperbarui: 21 Agustus 2023   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bupati Maros dan Bukunya"Mendekap Maros" Bersama Bunda Baca Hj.Ulfiah Nur Yusuf (Dok. pribadi)

Kebodohan adalah hasil dari hilangnya kebiasaan membaca"
*Edwin Louis Cole


Bercermin Kepada Bangsa yang Gemar Membaca "Jepang"
Oleh :Bachtiar Adnan Kusuma, Pembaca, Pembicara, Penulis dan Motivator

Jepang adalah bangsa yang menjunjung tinggi pentingnya membaca dan menulis. Tak heran, kalau rata-rata bangsa Jepang membaca 6 judul buku baru perbulan, artinya setiap 5 hari mereka menamatkan membaca satu judul buku baru. Hebatnya lagi, orang Jepang membaca buku bukan hanya buku bacaan yang ringan saja, melainkan mereka membaca buku-buku berbobot.

Karena itu, Jepang menyadari betul pentingnya membaca buku sebagai bagian utama untuk kemajuan suatu bangsa. Makanya, jangan heran kalau kemajuan di mana-mana, Jepang selalu terdepan terutama di Asia maupun di panggung dunia Internasional. Selain mereka menyadari betul bahwa keampuhan membaca buku menjadi penentu kemenangan peperangan antara Jepang pada abad 20  melawan Rusia pada 1904-1905. Rusia kalah pada pertempuran laut di Selat Tsushima pada 27-28 Mei 1905.

Benarlah kata Geoffrey Jukes, dalam bukunya Russo-Japanese War 1904-1905 menegaskan kalau penentu hasil kemenangan itu bukanlah teknologi, tetapi tingkat literasinya yang tinggi.  Buktinya, hanya 20 persen personel militer Rusia bisa membaca dan menulis. Akibatnya banyak yang tak mampu mengoperasikan secara benar persenjataan moderen dan sistem telegraf nirkabel yang diimpor dari Jerman. Serangan Rusia atas Jepang acapkali salah sasaran karena salah membaca peta dan salah mengoperasikan jaringan komunikasi. Sebaliknya, tentara Jepang nyaris semua mampu membaca dan menulis, menyebabkan mereka mahir menggunakan persenjataan militer moderen.

Kembali ke Indonesia. Kita menengok data yang dirilis oleh World Reading Habit 2020, menunjukkan Indonesia ada diperingkat 16 dari 22 negara dengan lama membaca rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku sehari  51 menit, berarti dalam seminggu hanya 6 jam membaca. Hal ini menunjukkan kalau kualitas membaca orang Indonesia belum semaju Jepang. Bayangkan saja rasio bahan bacaan di Indonesia hanya menunjukkan 1 : 90. Artinya, 1 Buku diperuntukkan bagi 90 orang. Padahal standar UNESCO menegaskan idealnya bangsa Indonesia rasionya 1 Buku dibaca 3 orang (Baca Buku Adin Bondar, Literasi Berawal Diksi, Berakhir Pada Aksi).

Nah, saya mengajak semua pihak untuk menjadi bangsa yang besar dan maju, jalan terbaik adalah menjadikan membaca dan menulis sebagai Life Style masyarakat. Kuncinya, dimulai dari diri sendiri, keluarga, anggota keluarga, lingkungan terdekat. Ayo jadikan membaca menjadi gaya hidup masyarakat....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline