Lihat ke Halaman Asli

Pakar SEO Indonesia

Pakar SEO Terbaik

Baca Saja Police Dilemma Antara Benci dan Rindu

Diperbarui: 15 Agustus 2022   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai media sering memberitakan antara tindakan polisi dan bagaimana tanggapan masyarakat terhadap polisi, tapi intinya sebenarnya adalah bisa dikatakan polisi dan masyarakat merupakan simbiosis mutualisme

Meski hubungan polisi -- masyarakat ibarat ikan dan air, kata Prof DR. Satjipto Rahardjo, saling berinteraksi satu sama lainnya. Sebenarnya hubungan tersebut tidak lepas dari (rasa) "benci dan rindu." Polisi selaku organ netral, dirindu, dibutuhkan masyarakat. Tetapi sebagai fungsi, terkadang ia dibenci di satu sisi, dan kerap dirindu pada sisi lain. Ini bersifat alami bahkan kodrati sebagaimana langit dan bumi itu ada, atau siang-malam silih berganti dan lain-lain, ada lelaki, ada pula perempuan.

Menjadi keniscayaan ketika fungsi polisi dibenci para pelaku pelanggar hukum, tetapi dirindu korban-korban tindak pidana. Lumrah dan lazim. Namun masalahnya jadi lain ketika polisi justru bersekongkol dengan para pelanggar alias penjahat, maka akan menimbulkan fenomena ia dirindu pelaku kejahatan, tetapi dibenci para korban kejahatan. Dalam konteks nonpolitis, ini jelas ulah "oknum", istilahnya. Sebab nila setitik rusak susu sebelanga.

Namun dalam area politik (praktis), inilah pokok dilemanya. Tatkala ada kebijakan pemerintah ditolak oleh publik di satu sisi, namun pada sisi lain, ia wajib mendukung kebijakan sesuai bunyi UU yang hakikinya adalah amanah dari rakyat itu sendiri.

Inilah police dilemma, atau buah simalakama dalam praktik tugas polisi. Dimakan ibu mati, tidak dimakan bapak mati. Idealnya memang dijual, lalu hasil penjualan dibagi-bagi (?). Akan tetapi, bagaimana implementasi menjual simalakama dalam praktik tugas polisi? Ting-tong.

Akhirnya seperti ungkapan tua dari Inggris, "Fish rots from the head". Busuk ikan dimulai dari kepala. Dalam pengandaian ini, ikan sebagai ibarat (negara), busuk kepala itu titik awal.

Pak Sastra berpesan begini, "Mbok ojo saling berbenturan, Nak. Unjuk rasa itu seperti denting gitar. Jika enak di dengar, mari kita nyanyi bersama; tapi bila fals dan berisik, mari hentikan bersama!"

Penulis : Pakar Seo , Master Seo , Ahli Seo, Pakar Seo Indonesia, Seo Indonesia , Pakar Seo Indonesia Terbaik, Master Seo Terbaik, Ahli Seo Terbaik, Seo murah , Seo Indonesia, Seo Terbaik, Ahli Seo Indonesia, Master Seo Indonesia, Pakar Seo Surabaya

Penulis : Pakar Seo , Master Seo , Ahli Seo, Pakar Seo Indonesia, Seo Indonesia , Pakar Seo Indonesia Terbaik, Master Seo Terbaik, Ahli Seo Terbaik, Seo murah , Seo Indonesia, Seo Terbaik, Ahli Seo Indonesia, Master Seo Indonesia, Pakar Seo Surabaya

Master SEO Surabaya,Pakar SEO Surabaya, Ahli Seo Surabaya, Master SEO, Ahli SEO, Pakar SEO

Penulis : Pakar Seo , Master Seo , Ahli Seo, Pakar Seo Indonesia, Seo Indonesia , Pakar Seo Indonesia Terbaik, Master Seo Terbaik, Ahli Seo Terbaik, Seo murah , Seo Indonesia, Seo Terbaik, Ahli Seo Indonesia, Master Seo Indonesia, Pakar Seo Surabaya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline