Tingginya angka kasus COVID-19 di Indonesia menyebabkan beberapa aspek yang terkena dampaknya, salah satunya adalah Pendidikan. Berbagai rancangan yang telah dibuat oleh sekolah tidak dapat dijalankan dengan semestinya karena terkendala Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk meminimalisir penyebaran COVID-19.
Pada bulan maret 2020 KEMENDIKBUD mengeluarkan surat edaran yang berisi tentang pembelajaran jarak jauh di rumah masing-masing (daring) peserta didik guna menghindari penyebaran COVID-19 dikalangan peserta didik dan pendidik, maka KEMENDIKBUD memutuskan untuk melakukan penghentian kegiatan belajar mengajar secara tatap muka (luring) disebagian besar wilayah Indonesia.
Pada saat pembelajaran jarak jauh dan di rumah masing-masing, faktor pendukung yang paling penting adalah orang tua. Beda hal dengan pada saat pembelajaran tatap muka (luring) di sekolah orang tua sepenuhnya menyerahkan peserta didik kepada pendidik untuk mendidik dan mengajar tentang ilmu-ilmu yang mereka punya.
Peran orang tua pada saat pembelajaran jarak jauh (daring) sangatlah penting karena harus memposisikan diri sebagai pembimbing pada anak-anaknya, porsi orang tua disini hanyalah sebagai pengarah dan membantu anak dikala anak mendapatkan tugas yang bukan semua tugas yang mengerjakan orang tua. Dalam pembelajaran jarak jauh (daring) menjadi media untuk integritas antara anak dan orang tua, Pembelajaran jarak jauh (daring) peserta didik didorong untuk memiliki tanggung jawab yang besar selama pembelajaran yang diikutinya berlangsung.
Peran orang tua dalam menentukan prestasi belajar peserta didik sangatlah besar. Apabila orang tua salah mendidik anak maka akan menyebabkan anak kurang atau bahkan tidak berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, jika orang tua berhasil mendidik anaknya dan selalu memberi perhatian pada anaknya, terutama perhatian pada kegiatan belajar mereka dirumah, akan membuat anak lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri saja yang berkeinginan untuk maju, akan tetapi orang tuanya juga memiliki keinginan yang sama.
Sehingga hasil belajar atau prestasi belajar yang diraih oleh siswa menjadi lebih baik. Menurut Hurlock (1999) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu karakteristik orang tua yang berupa, kepribadian orang tua setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi, sikap dan kematangannya.
Karakteristik tersebut akan mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua dan bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap kebutuhan anak-anaknya. Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam mengasuh anak-anaknya.
Pendampingan orang tua selama anak belajar dari rumah, dapat memotivasi anak untuk semangat dalam belajar dan juga membuat kualitas belajar anak menjadi meningkat. Dengan adanya pembelajar dari rumah ini dapat mempererat hubungan antara anak dan orang tua.
Banyak orang tua yang berfikir kreatif mencoba berbagai cara agar anak tidak merasa jenuh saat belajar di rumah. Orang tua juga merasa melalui pembelajaran di rumah, orang tua dapat melihat perkembangan anaknya dalam belajar.
Belajar di rumah juga dapat meningkatkan attachment atau kelekatan orang tua dan anak, sehingga orang tua bisa lebih memahani kemampuan anaknya. Hal ini menunjukan bahwa orang tua memiliki peran yang sangat besar selama terjadinya kegiatan pembelajaran di rumah, orang tualah madrasah pertama bagi anak-anaknya sebelum adanya pembelajaran di sekolah.
Adanya kegiatan pembelajaran di rumah ini pun memiliki manfaat bagi siswa maupun orangtuanya, kebijakan pemerintah mengenai pembelajaran daring ini membuat kita semua sadar pentingnya mempelajari teknologi dan menggunakan teknologi secara positif.