Lihat ke Halaman Asli

Herman Wahyudhi

PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Bersantap Malam di Taliwang Udin

Diperbarui: 21 Mei 2018   03:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RM Taliwang Udin (dok. pribadi)

Sebelumnya saya pernah memposting tulisan mengenai sate Rembiga, salah satu makanan favorit di Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.  Tak lengkap jika tidak membahas ayam taliwang yang lebih dulu kesohor.  Sebenarnya banyak penjual taliwang di Pulau Lombok.   Namun jika  ingin menyebut tiga besar yang paling terkenal, salahnya satunya adalah Taliwang Udin.   Tempat ini buka mulai jam 6 sore hingga tengah malam.    Jadi kalau mau sarapan jangan disini karena memang belum buka.

Menemukannya tak terlalu sulit kerena berada di pusat kota. Dekat dengan jalan utama Pejanggik, tempatnya di jalan Gelatik no. 2B.   Namun yang seringkali buat salah jalan adalah saat sudah dekat menuju rumah makan ini.  Kadang kami masuk di jalan Rajawali atau Kutilang yang agak mirip (padahal tidak hapal).   Jalannya kecil seperti jalan perumahan biasa dan cukup gelap.  Namun kalau melihat banyaknya mobil yang parkir, kita akan tahu sudah dekat dengan Taliwang Udin.  Parkirnya bisanya di deretan halaman ruko memang malam hari sudah tutup atau di pinggir jalan.  Ada tukang parkir yang mengarahkan.

dok. pribadi

Kompasianer bisa bersantap di dalam rumah makan atau memilih makan di luar.  Kalau di dalam seringkali penuh.  Saya beberapa kali bersantap malam di sini kebagian tempat di luar (outdoor).  Menunya khas Lombok seperti ayam taliwang, plencing kangkung, sambal terong muda, serta ikan bakar. 

Karena ayam taliwang ini masih muda dan kecil, rasanya tak puas jika hanya makan satu ekor.  Paling tidak dua ekor-lah baru kenyang.   Menurut saya, sambal di Taliwang Udin tidak begitu pedas.  Jadi cocoklah buat yang tidak terlalu suka pedas.  Karena beberapa tempat, sambal ayam taliwang yang ditawarkan lebih pedas sampai membuat wajah berkeringat.   Minumannya standar, seperti es teh manis, jeruk hangat, air mineral, atau minuman kemasan botol.    Bisa juga dibungkus buat oleh-oleh keluarga di Jakata.  Jumlah ayam yang dipesan bebas.  Kalau plencing kangkung, kata karyawan Udin, tidak bisa disimpan terlalu lama karena bakal layu dan rasanya berbeda.  Memang plencing kangkung enaknya dimakan segar (fresh).

(dok. pribadi)

Di sini juga ada penjual perhiasan kerajinan mutiara macam bros, kalung,  atau cincin yang murah meriah.  Setahunya saya penjual satu dan itu-itu saja.  Biasanya ia akan menghampiri meja kita dan menawarkan dagangannya.  Kalau tak berminat, tolak halus saja.  Penjual itu akan mengerti dan meninggalkan Kompasianer dengan ayam taliwang.  Mari makan.....  Karena sudah lapar dan larut malam, saya sampai lupa memotret sajian Taliwang Udin yang siap santap.   Pas ingat, sudah tinggal piring kosong dan tulang belulang ayam.   Plencing kangkung ya juga ludes.  Maaf ya, Kompasianer.    

(dok. pribadi)

O iya, setelah makan mau jalan-jalan dekat-dekat situ juga banyak yang bisa dilihat.  Melihat geliat malam Kota Mataram.   Memang pertokoan di sini kalah modern dibandingkan dengan mal di Jakarta atau Lombok Epicentrum namun cukup lengkap.   Ada Mataram Mall yang dulu langganan saya sebelum ada Lombok Epicentrum.  Atau mau cari oleh-oleh khas Lombok juga bisa mampir ke Rubi Department Store.  Lokasinya berdekatan dengan mall.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline