Lihat ke Halaman Asli

Herman Wahyudhi

PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Makam Troloyo di Mojokerto

Diperbarui: 6 Mei 2018   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di depan Area Bangunan Makam Troloyo (dok. pribadi)

Jika dalam tulisan saya tentang Kabupaten Mojokerto banyak menyinggung mengenai peninggalan Hindu dan Buddha di Trowulan, kali ini kita akan mengenal peninggalan Islam di bumi Majapahit ini. Lokasi makam ini terletak tidak jauh dari Candi Kedaton dan situs Lantai Segi Enam yang pada hakekatnya adalah lingkungan Kota Raja Majapahit. Ini menandakan bahwa sejak jaman nenek moyang kita dulu sudah dapat saling berinteraksi dan bertoleransi dengan baik meski beda agama dan kepercayaan.    

Kompleks Makam Troloyo yang sudah ada sejak abad ke 14 dan  berada  di Desa Sentonorejo Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto.   Tak jauh dari situs-situs peninggalan kerajaan Majapahit.   Makam Troloyo berkaitan erat dengan Syekh Jamaluddin Al Husain Al Akbar alias Sayyid Hussein Jumadil Kubro atau yang biasa disebut Syekh Jumadil Kubro Sayyid Jumadil Kubro.

Sayyid Jumadil Kubro adalah sosok yang menjadi pembuka sejarah anggota Wali Songo karena kebanyakan wali di tanah Jawa merupakan keturunan Sayyid Jumadil Kubro.   Beliau berkunjung ke Kerajaan Campa pada tahun 1399 Mi.  Tujuan Kedatangan Sayyid Jumadil Kubro ke Campa adalah untuk  menemui putra dan cucunya, berdagang, sekaligus berdakwah menyiarkan agama Islam. Putra Sayyid Jumadil Kubro yang bernama Maulana Ibrahum telah lama menetap dan menikah dengan putri Raja Campa, yaitu Dewi Candrawulan.   Pernikahan ini  melahirkan dua orang putra, yaitu Sunan Ampel dan Raja Pandito.

troloyo01-5aee6edfcf01b4667a203402.jpg

Setelah singgah di Kerajaan Campa, Sayyid Jumadil Kubro melanjutkan perjalanan dengan berdakwah ke Pulau Jawa.  Kegiatan dakwah Sayyid Jumadil Kubro banyak berlangsung di lingkungan Kerajaan Majapahit karena barang-barang dagangan beliau banyak dibutuhkan oleh keluarga kerajaan.   Padahal di saat itu  Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu terbesar di Nusantara. Kejayaan Majapahit telah tersebar di seluruh penjuru Asia Tenggara.   Sayyid Jumadil Kubro merasakan bahwa ini merupakan kesempatan baik untuk menyiarkan ajaran agama Islam di Pulau Jawa dan Nusantara.

Sebab itulah Makam Troloyo menjadi salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi peziarah. Tempat wisata di Mojokerto ini merupakan salah satu bagian dari tour ziarah Wali Songo. Tak lengkap bila mengunjungi makam para Wali Songo namun tak berkunjung ke mari. 

Tak aneh bila Makam Troloyo ini sering dikunjungi oleh para pejabat tinggi. Selain itu, pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat Legi, haul Syekh Jumadil Qubro, dan Gerebeg Suro di tempat ini dilakukan upacara adat yang semakin menarik wisatawan untuk datang ke tempat ini.

Dahulu komplek makam Troloyo berupa sebuah hutan, seperti hutan Pakis yang terletak lebih kurang 2 Km di sebelah selatannya. Peneliti pertama kali P.J. Veth, hasil penelitiannya diterbitkan dalam buku Java II yang diterbitkan dalam tahun 1878. Kemudian L.C. Damais seorang sarjana berkebangsaan Perancis,hasil penelitiannya dibukukan dalam "Etudes Javanaises I. Les Tombes Musulmanes datees de Tralaya" yang dimuat dalam BEFEO (Bulletin de Ecole francaise D'extrement-Orient). Tome XLVII Fas. 2. 1957. Menurut Damais angka-angka tahun yang terdapat di komplek makam Troloyo yang tertua berasal dari abad XIV dan termuda berasal dari abad XVI.

Kompleks Makam Troloyo ada dua kelompok makam. Di bagian depan (tenggara) dan di bagian belakang (barat laut). Makam di bagian depan diantaranya: Kelompok makam petilasan Wali Songo, Kemudian di sebelah barat daya dikenali dengan sebutan Syech Mulana Ibrahim, Syech Maulana Sekah dan Syech Abd, Kadir Jailani. Ada pula Syech Jumadil Kubro. Sedang di utara Masjid terdapat makam Syech Ngudung atau Sunan Ngudung (ayah Sunan Kudus).   Kompleks makam petilasan ini yang paling banyak dikunjungi para penziarah dan wisatawan.

Sedangkan Kompleks makam di bagian belakang meliputi: Bangunan cungkup dengan dua makam yaitu Raden Ayu Anjasmara Kencanawungu, kemudian terdapat pula kelompok makam yang disebut Makam Tujuh atau Kubur Pitu yang dikenal sebagai Pangeran Noto Suryo, Patih Noto Kusumo, Gajah permodo, Naya Genggong, Sabdo palon, Emban Kinasih dan Polo Putro.

Denah Lokasi Makam Troloyo (dok. pribadi)

Jadi kalau berkunjung ke Kabupaten Mojokerto, ada banyak tempat wisata sejarah yang bisa Kompasianer kunjungi.  Salah satunya Makam Troloyo ini.  Area parkirnya luas dan bisa menampung bus serta lokasinya yang berada di pinggir jalan besar.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline