Lihat ke Halaman Asli

Herman Wahyudhi

PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Berkunjung ke Sibolga, Sumatera Utara

Diperbarui: 4 Mei 2018   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Sibolga (sumber: sibolga.net)

Inilah untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Sibolga. Sebuah kota yang berada di Pantai Barat Sumatera Utara.  Awalnya saya pikir harus melakukan perjalanan darat yang panjang dari Bandara Kualanamu, Deliserdang (sekitar 39 km dari Medan). Ternyata dugaan saya meleset. Ternyata sudah banyak penerbangan dari Jakarta (CGK) ke Sibolga seperti Lion Air, Batik Air, Citilink, Wing Air, dan Garuda. Namun hanya Garuda yang melakukan perjalan non stop, sedangkan maskapai lain harus transit terlebih dahulu di Bandara Kualanamu (KNO). 

Perjalanan ini sudah dilakukan sudah beberapa bulan yang lalu namun karena kesibukan di kantor, baru sempat saya posting sekarang.  Sayang rasanya kalau pengalaman di  daerah yang baru didatangi terlupa begitu saja.

Pesawat yang digunakan adalah Bombardier..........Kursi per baris (row) 2-2.  Bedan dengan Airbus atau Boeing yang 3-3.  Bombardier lebih ramping dan di dalam kabun terasa lebih senyap dibandingkan Airbus atau Boeing.   

Untuk perhubungan darat, Sibolga telah terhubung dengan kota-kota lainnya di Sumatera Utara, yakni dengan Padang Sidempuan dan Tarutung. Melalui jalur udara, Sibolga juga memiliki Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing yang melayani rute Sibolga-Medan dan Sibolga-Jakarta.   

Bandara Sibolga bernama Bandara Pinangsori atau dikenal juga dengan nama Bandara Dr. Ferdinand Lumban Tobing. Bandara ini berada di Kelurahan Pinangsori, Kecamatan Pinangsori, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Bandara ini adalah bandara domestik Kelas III, dikelola oleh UPT Ditjen Hubud, Kementrian Perhubungan.

Tiba di Bandara Ferdinanz (FLZ) pukul 10.50, masih sepi.   Tak ada pesawat lain selain pesawat kami.  Tak seperi waktu di Bandara Soekarno Hatta, perlu antri 20 menit untuk tinggal landas.  Setiap hari, pesawat Garuda adalah pesawat yang paling awal tiba di sini.  Bandaranya kecil saja, lebih kecil dari Bandara Komodo atau Bandara Silangit. 

Di pintu keluar bandara, beberapa supir taksi tembak yang berebut penumpang. Maklum, di sini belum ada taksi resmi. Kami sendiri ada yang menjemput, teman-teman di Sibolga. Panasnya terik matahari langsung menyergap kami. Iklim kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32 C dan minimum 21.6 C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 798 mm, sedang hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari.

Jalan menuju bandara hanya 6-7 meter dan berlubang. Kanan dan kiri jalan ditubuhi semak-semak yang lumayan tinggi. Sudah tengah hari dan perut kami lapar, singgah dulu di  sebuah rumah makan sederhana di pinggir pantai. Alamak, penuh sekali. Menunya tak jauh-jauh dari ikan. Bedanya dengan ikan di Jakarta. Ikan di sini baru mati satu kali.  Sedangkan di ibukota, ikan yang disantap sudah mati berkali-kali.  Sebab itu ikan di Sibolga lebih enak dan segar.   

Suasana di Kota Sibolga tampak lenggang. Kota yang terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki luas 10,77 km dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa.

Saya menginap di sebuah hotel bintang tiga cukup terkenal di sana, Wisata Indah yang berada di Brigjen Katamso. Di bagian samping hotel berbatasan langsung  dengan laut. Sayang tak ada pantai di sekitar hotel. Tersedia juga kolam renang dan galangan kapal untuk berlabuh ke pulau Poncan Gadang yang berada  di seberang hotel.      

Pulau Poncan Gadang (gambar: windiland.com)

Esoknya paginya kami menyeberang ke Pulau Poncan Gadang. Suasananya sepi  karena tak ada tamu di sana kecuali penjaga pulau. Dapurnya pun kosong melompong. Rupanya pulau tersebut baru ramai bila akhir pekan atau libur panjang. Suasana tenang dan senyap, angin pantai membuat kita ingin tertidur. Cocok buat beristirahat, menulis, mengerjakan skripsi/tesis, atau rileksasi. Tak ada kebisingan atau gangguan di hotel ini. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline