Lihat ke Halaman Asli

Herman Wahyudhi

PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Rencanakan dan Wujudkan Kesejahteraan Keluarga Bersama Bumiputera

Diperbarui: 20 November 2016   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber data : Badan Pusat Statistik

Apa sih Sejahtera itu?

Mewujudkan kesejahteraan keluarga adalah dambaan semua orang.   Siapa sih di dunia ini yang tidak ingin sejahtera?    Banyak definisi para ahli terkait makna sejahtera.  Paling mudah kita lihat definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia,   sejahtera aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan).

Sedangkan kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera; keamanan, keselamatan, ketenteraman;- jiwa kesehatan jiwa.

Konsep kesejahteraan menurut Dr Nasikun dalam Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indikator yaitu : (1) rasa aman (security), (2) Kesejahteraan (welfare), (3) Kebebasan (freedom),  dan (4) jati diri (identity).

Konsep Nasadikun ini hampir sama dengan apa yang diungkapkan dalam teori hierarki kebutuhan oleh Abraham Maslow.   Ia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi

Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto,  Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya (1989), kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan:

  • Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagianya;
  • Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya;
  • Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya;
  • Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya

Pendidikan adalah hak dasar setiap orang. Baik buruknya kualitas pendidikan seseorang akan menentukan suskses tidaknya di masa depan. Target utama pendidikan adalah anak-anak karena kepada mereka lah nantinya diberikan estafet sebuah peradaban. Oleh karena itu, pendidikan anak harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah, sekolah dan terutama orang tua.

Menurut Ki Hajar Dewantara, beliau menjelaskan bahwa Pendidikan adalah segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Orangtua bertanggung jawab terhadap pendidikan dan kesehatan anak-anak mereka.   Demikian pula orangtua, punya kewajiban untuk menjaga kesehatan mereka demi anak-anak.   Pendidikan dan kesehatan adalah hak semua warga negara.  

Persoalannya adalah sampai sejauh mana para orangtua mampu memenuhinya.  Coba kita baca berita di surat kabar atau menyaksikan di televisi, masih banyak anak-anak yang putus sekolah karena kekurangan biaya.  Data BPS menunjukkan dari jumlah angkatan kerja Indonesia pada 2012-2013, lebih dari 70 persen berlatar belakang pendidikan tidak sampai tamat SMA.  

Sedangkan laporan terbaru Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), Education at Glance 2015,) menyebutkan, persentase masyarakat suatu negara yang menyelesaikan pendidikan menengah, yaitu setara SMA, bervariasi pada berbagai negara.  Sistem pendidikan menengah sendiri dirancang untuk menyiapkan siswa dalam memasuki pendidikan tinggi. Kegagalan menyelesaikan pendidikan menengah ini dapat menyebabkan kesulitan tersendiri dalam mencari pekerjaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline